Skip to main content

Berfikir Kritis/ Analisis Matematik

Berfikir Kritis/ Analisis Matematik

Dalam  beberapa  tahun  terakhir  berpikir  kritis  telah  menjadi  suatu  istilah  yang  sangat popular  dalam  dunia  pendidikan.  Karena  banyak  alasan,  para  pendidik  menjadi  lebih  tertarik untuk mengajarkan keterampilan berpikir dengan berbagai corak. Berpikir kritis memungkinkan siswa  untuk  menemukan  kebenaran  di  tengah  banjir  kejadian  dan  informasi  yang  mengelilingi mereka  setiap  hari.  Berpikir  kritis  adalah  sebuah  proses  sistematis yang  memungkinka siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri.

Krulik dan Rudnick (NCTM, 1989) mengemukakan bahwa yang termasuk berpikir kritis dalam  matematika  adalah  berpikir  yang  menguji,  mempertanyakan, menghubungkan, mengevaluasi semua aspek yang ada dalam suatu situasi ataupun suatu masalah. Sebagai contoh, ketika  seseorang  sedang  membaca  suatu  naskah  matematika  ataupun  mendengarkan  suatu ungkapan atau penjelasan tentang matematika seyogianya ia akan berusaha memahami dan coba menemukan atau mendeteksi adanya hal-hal yang istimewa dan yang perlu ataupun yang penting. Demikian juga dari suatu data ataupun informasi ia akan dapat membuat kesimpulan yang tepat dan benar sekaligus melihat adanya kontradiksi ataupun ada tidaknya konsistensi atau kejanggalan dalam  informasi  itu.  Jadi  dalam  berpikir  kritis  itu  orang  menganalisis  dan  merefleksikan  hasil berpikirnya.  Tentu  diperlukan  adanya  suatu  observasi  yang  jelas  serta  aktivitas  eksplorasi,  dan inkuiri agar terkumpul informasi yang akurat yang membuatnya mudah melihat ada atau tidak ada  suatu keteraturan ataupun sesuatu yang mencolok. Singkatnya, seorang yang berpikir kritis selalu akan  peka  terhadap  informasi  atau  situasi  yang  sedang  dihadapinya,  dan  cenderung  bereaksi terhadap situasi atau informasi itu.

Menurut Setiono ( dalam Harahap, 2012), pengembangan kemampuan berfikir kritis merupakan integrasi beberapa bagian pengembangan kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis, penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Inti dari pengembangan berfikir kritis itu tidak dibatasi dengan hanya menggunakan buku teks, tetapi dari berbagai sumber yang kemudian dianalisis dengan menggunakan pengetahuan dasar dari bahan ajar formal, lalu siswa membuat kesimpulannya. Semakin baik pengembangan kemamapuan-kemampuan ini, maka kita akan semakin dapat mengatasi masalah-masalah dengan hasil yang memuaskan.

Menurut Setiono (dalam Harahap, 2012), berfikir kritis bagi siswa berarti:

1.      Mencari dimana keberadaan bukti terbaik bagi subyek yang didiskusikan

2.      Mengevaluasi kekuatan bukti untuk mendukung argumen-argumen yang berbeda

3.      Menyimpulkan berdasarkan bukti-bukti yang telah ditentukan

4.      Membangun penalaran yang dapat mengarahkan pendengaran ke kesimpulan yang telah ditetapkan berdasarkan pada bukti-bukti yang mendukungnya

5.      Memilih contoh yang terbaik untuk lebih dapat menjelaskan makna dari argumen yang akan disampaikan

6.      Menyediakan bukti-bukti untuk mengilustrasikan argument tersebut

            Berdasarkan pendapat di atas, berpikir kritis adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi secara rasional yang memiliki karkteristik berpikir yaitu analisis, sintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Adapun indikator untuk mengukur kemampuan berpikir kritis menurut Sumarmo terdiri dari memusatkan pada satu pertanyaan, menganalisa argumen, bertanya dan menjawab untuk klarifikasi, menggunakan sumber yang terpercaya, mengamati dengan kriteria, mendeduksi dan menginduksi, membuat pertimbangan, bertanya secara jelas dan beralasan, berusaha memahami dengan baik; mengidentifikasi data relevan dan tidak relevan, menilai sesuatu secara menyeluruh, tetap relevan ke masalah pokok, dan berusaha mencari alternatif.

 

Comments

Popular posts from this blog

RPP Bahasa Indonesia Kelas 3 SD/MI - Kurikulum Merdeka ganjil

RPP I Bahasa Indonesia - Kelas 3 SD/MI Kurikulum: Merdeka Satuan Pendidikan: SD/MI Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia Kelas/Semester: 3 / Genap Alokasi Waktu: 2 x 35 menit Topik/Modul Ajar: Membaca dan Menanggapi Cerita Anak Tujuan Pembelajaran Siswa dapat membaca cerita anak dengan lancar. Siswa dapat mengidentifikasi tokoh, latar, dan alur dalam cerita. Siswa dapat mengungkapkan pendapat tentang isi cerita secara lisan dan tertulis. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan (10 menit) Guru menyapa siswa dan membuka pembelajaran dengan salam dan doa. Apersepsi: Guru menanyakan buku cerita atau dongeng yang pernah dibaca siswa. Menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini. Kegiatan Inti (50 menit) Eksplorasi: Guru membacakan satu cerita anak pendek (misalnya: “Kancil dan Buaya”) dengan intonasi yang tepat. Elaborasi: Siswa diminta membaca kembali secara bergiliran. Diskusi bersama: siapa tokoh utama, di mana latar cerita...

Makalah KPK dan FPB

MENENTUKAN KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL (KPK) DAN FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR (FPB)  DENGAN METODE EBIK A. PENDAHULUAN Pendidikan hendaknya mampu membentuk cara berpikir dan berprilaku anak yang positif. Tatanan berpikir yang ingin di bentuk adalah kemampuan berpikir logis, kritis, dan sistematis, sehingga dari kemampuan berpikir ini akan mengarahkan setiap orang khususnya siswa untuk berprilaku positif, terarah dan efektif. Matematika sebagai salah satu ilmu pengetahuan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan berpikir setiap orang, oleh karena itu kesadaran untuk mampu mengetahui dan memahami matematika bagi siswa sangat diharapkan sudah bertumbuh sejak usia dini. Membentuk pemahaman yang utuh pada anak dalam pelajaran matematika diperlukan kecintaan terlebih dahulu terhadap matematika, oleh karena itu seorang pendidik hendaknya mampu menciptakan “Fun Learning” di dalam kelas. Fun learning pada matematika dapat tercipta apabila seorang guru mampu mengaj...

Matematika Menurut NCTM

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyatakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dari jenjang pendidikan dasar hingga kelas XII  memerlukan standar pembelajaran yang berfungsi untuk menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir, kemampuan penalaran matematis dan memiliki pengetahuan serta ketrampilan dasar yang bermanfaat. Menurut NCTM 2000, disebutkan bahwa terdapat lima kemampuan  dasar  matematika  yang  merupakan  standar  proses yakni pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan bukti (reasoning and proof), komunikasi (communication), koneksi (connections) dan representasi (representation). Dengan mengacu pada lima standar kemampuan NCTM, maka dalam tujuan pembelajaran   matematika   menurut   Badan   Standar   Nasional.