UJI HIPOTESIS
A.
Hipotesis
Sebuah hipotesis adalah pernyataan tentang populasi yang kemudian akan
dibuktikan oleh data. Kalau dalam bidang hukum kita sering mendengar ada
istilah praduga tak bersalah, di mana seseorang dalam pengaduan sebagai
tersangka akan diasumsikan tak bersalah sampai hakim membuktikan ia bersalah.
Dalam statistika kita juga menggunakan suatu penduga terhadap populasi dan
kemudian kita perlu membuktikan kebenarannya. Jadi hipotesis adalah sebuah
pernyataan tentang parameter populasi yang perlu dibuktikan kebenannya.
B.
Pengujian Hipotesis
Dalam
pengujian hipotesis, sebelum mengadakan pengujian hipotesis kita harus memahami
dahulu asumsi yang diperlukan dalam pengujian hipotesis. Asumsi ini penting sebab dalam
pengujian hipotesis, perbedaan asumsi akan membedakan alat uji yang digunakan.
Contoh dalam hipotesis tentang mean adalah uji Z yang dihitung dengan rumus:
Penggunaan rumus uji Z untuk menguji
hipotesis mean di atas membutuhkan asumsi bahwa deviasi standar populasi
diketahui serta sampel harus berjumlah besar, sehingga jika asumsi di atas
tidak dipenuhi kita harus menggunakan alat uji yang lain berupa uji t.
Tahap-tahap dalam pengujian hipotesis
Dalam pengujian hipotesis tahap–tahap
yang harus dilakukan adalah:
Tahap 1. Menentukan
hipotesis null dan alternatif.
Dalam menentukan hipotesis null dan
alternatif kita harus mengetahui tentang hipotesis yang akan diuji. Hipotesis null
adalah hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Sebagai contoh kita ingin
menguji tentang rata-rata laba perusahaan di BEJ adalah sama dengan 100 juta,
maka hipotesis null-nya adalah Ho: μ=100 juta.
Tahap 2. Memilih
tingkat signifikansi.
Dalam memilih tingkat signifikansi
kita harus memperhatikan hasil penelitian terdahulu terhadap penelitian
sejenis. Masing-masing bidang ilmu mempunyai standar yang berbeda dalam
menentukan tingkat signifikansi.
Ilmu sosial biasanya menggunakan tingkat signifikansi antara 90% (a 10%) sampai 95% (a 5%), sedangkan ilmu-ilmu eksakta biasanya menggunakan tingkat signifikansi antara 98% (a 2%) sampai 99% (a 1%).
Tahap 3.
Mengidentifkasi uji statistik.
Setelah menentukan tingkat
signifikansi langkah selanjutnya adalah menentukan uji statistik yang akan digunakan.
Hal ini karena masing-masing uji statistik memerlukan asumsi yang berbeda
dalam penerapannya.
Tahap 4. Membuat aturan keputusan
Aturan
keputusan adalah sebuah pernyataan tentang kondisi di mana hipotesis ditolak
atau kondisi hipotesis tidak ditolak. Area penolakan menjelaskan lokasi dari
semua nilai yang sangat besar atau sangat kecil sehingga probabilitas kita di
bawah sebuah hipotesis null yang benar
agar jauh. Berikut adalah gambaran daerah penolakan untuk uji signifikansi
Gambar 5.1.
Daerah
Penolakan dan Penerimaan H0
Titik
Kritis
Titik kritis adalah
titik yang membagi daerah di mana hipotesis null di terima atau
hipotesis null di tolak.
Tahap 5. Pengambilan Keputusan
Tahap
terakhir adalah pengambilan keputusan untuk menolak atau tidak menolak
hipotesis null. Berdasarkan Gambar
5.1 apabila Z hitung ditemukan sebesar 1,98 maka hipotesis null
ditolak pada level kepercayaan 95%. Ho ditolak karena Z hitung berada pada daerah
penolakan H0 yaitu disebelah kanan nilai Z sebesar 1,65.
C.
Uji satu arah atau uji 2 arah
Pada
Gambar 5.1 tersebut terlihat bahwa kita menggunakan uji satu arah, karena area
penolakan hanya di sebelah kanan arah dari kurva.Pengujian satu arah atau dua
arah akan sangat ditentukan oleh hipotesis yang akan kita uji. Pada contoh uji
tentang mean yang menyatakan bahwa Ho: µ 3,02, yang
dibaca bahwa rata-rata populasi adalah sama dengan atau kurang dari 3,02,
sehingga hipotesis alternatifnya adalah Ha: µ > 3,02. Uji ini adalah uji
satu arah sehingga apabila kita
gambarkan dalam bentuk grafik adalah seperti Gambar 5.2.
Gambar 5.2.
Grafik Pengujian Satu Arah
Apabila kita ingin menguji suatu
hipotesis yang menyatakan bahwa rata-rata keluarga memiliki anak kurang dari 4
orang maka bentuk uji hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Ho: µ 4
Ho: µ < 4
Pada hipotesis di atas dalam pengujiannya
menggunakan uji satu arah di mana aturan pengambilan keputusannya bisa kita
gambarkan sebagai berikut:
Gambar 5.3.
Grafik Pengujian Satu Arah
Uji satu arah digunakan jika dalam
pernyataan hipotesis ada tanda lebih besar atau lebih kecil (>/<).
Apabila dalam pernyataan hipotesis
tidak ada petunjuk lebih besar atau lebih kecil maka uji dua arah digunakan.
Sebagai contoh adalah apabila kita ingin menguji suatu hipotesis yang
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-rata pendapatan daerah A dengan daerah B, maka
hipotesis yang kita gunakan rumus sebagai berikut:
Ho: µA = µB
Ho: µA µB
Untuk menguji hipotesis di atas maka uji yang
digunakan adalah uji dua arah, sehingga kurva uji adalah seperti pada Gambar
5.4.
Gambar 5.4.
Grafik Pengujian Dua Arah
Dalam
uji hipotesis tentang rata-rata populasi
dengan sampel besar, deviasi standar populasi harus diketahui.
Pada
uji ini kita ingin mengetahui tentang apakah rata-rata populasi semua dengan
nilai tertentu. Sebagai contoh adalah rata-rata
return on equity perusahaan
publik di Indonesia adalah 0,46 dengan jumlah populasi adalah 700 dan deviasi
standart adalah 0,05 maka nilai Z hitung bisa dicari dengan rumus :
Z
=
Dimana:
μ adalah rata-rata populasi; n adalah jumlah sampel
adalah rata-rata sampel; σ adalah deviasi standar
populasi
Apabila diambil sampel sebanyak 30 perusahaan ditemukan bahwa = 0,47 maka hipotesisnya adalah:
Ho: µA = 0,46
Ho: µA 0,46.
Maka nilai Z
=
=
=
= 1,095
Apabila
dengan tingkat kepercayaan 95% maka nilai kritis Z dengan uji 2 arah, setengah dari a 0,05 adalah
0,025, sehingga luas kurva adalah 0,475 dengan mencari pada nilai tabel
Z didapatkan nilai Z tabel +1,96 sehingga bentuk kurvanya
adalah:
Gambar 5.5.
Titik Kritis Pengujian Dua Arah
Nilai Z hitung tersebut akan terletak
pada daerah penerimaan Ho. Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa kita tidak
membuktikan bahwa Ho benar tetapi kita telah gagal untuk menyangkal Ho, yang
berarti kesimpulannya rata-rata return on
investment perusahaan di Indonesia adalah 0,46.
Apabila
kita ingin menguji satu arah maka nilai Z hitung akan berubah
menjadi 0,5 – 0,05 = 0,45 sehingga titik kritisnya adalah 1,65. Dalam bentuk
kurva nilai pengujian satu arah adalah sebagai berikut:
Gambar 5.6
Titik Kritis Pengujian
Satu Arah
Dengan menggunakan uji
satu arah bisa dilihat bahwa nilai Z hitung tetap berada pada daerah
penolakan H0 sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa rata-rata return on
investment perusahaan di
Indonesia adalah 0,46.
D.
Nilai P dalam Uji Hipotesis
Dalam
aplikasi software statistik biasanya akan tercantum nilai P yang
merupakan nilai kekuatan penolakan. Dengan nilai P kita bisa membandingkan
dengan tingkat signifikansi atau alpha di mana jika nilai P lebih kecil
dari nilai tingkat signifikansi atau alpha maka menolak Ho, namun jika
nilai P lebih besar dari tingkat signifikansi atau alpha maka menerima
Ho.
Nilai P adalah probabilitas sampel
observasi mempunyai perbedaan yang besar dari nilai observasi di mana hipotesis
null benar. Nilai P yang sangat kecil menunjukkan bahwa kecil
kemungkinan Ho benar, sebaliknya jika P-value
besar maka kecil kemungkinan bahwa Ho
salah.
Untuk mendapatkan nilai P kita
mengurangi luas area ½ kurva dengan luas area z dari z hitung. Pada contoh rata-rata pendapatan uji hipotesis tentang return on investment dengan dua arah
diatas, diperoleh luas area z hitung
= 0,3621. Dengan 0,5 – 0,3621 = 0,1375. Dikali
dua untuk uji dua arah = 0,275. Karena nilai P sebesar 0,275 lebih besar
dari pada 0,05 maka kita tidak menolak Ho.
Dalam aplikasi software yang
lain mungkin bukan nilai P sebagai indikator penerimaan atau penolakan
hipotesis,tetapi menggunakan nilai Signifikansi. Contoh yang ada adalah pada
aplikasi software SPSS, keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis bisa
dengan melihat nilai Sig(Significant). Jika nilai Sig lebih
kecil dari alpha maka kita bisa menyimpulkan untuk menolak H0,
sebaliknya jika nilai Sig lebih besar dari alpha maka kesimpulan yang
dibuat adalah kita menerima H0.
Penerimaan dan penolakan H0 terlihat seperti Gambar 5.7
Gambar 5.7
Daerah Penerimaan & Penolakan H0
Apabila dalam uji hipotesis di atas tidak
diketahui, maka kita menggunakan deviasi standar sampel sebagai penggantinya,
sehingga z hitung adalah
Z =
di mana:
μ = adalah rata-rata populasi
s = adalah deviasi standar sampel
= adalah rata-rata sampel n =adalah jumlah sampel
D. Uji Hipotesis Dua Mean
Pada
bagian ini kita akan membahas mengenai uji hipotesis untuk perbandingan dua mean.
Untuk menguji perbedaan dua mean digunakan rumus uji sebagai berikut:
Z =
di mana:
adalah rata-rata sampel pertama;
adalah rata-rata sampel kedua;
adalah varians sampel pertama;
adalah varians sampel kedua;
n1 adalah jumlah sampel
pertama;
n2 adalah jumlah sampel
kedua.
Contoh
Kita ingin membandingkan rata-rata
kandungan lemak pada produk susu yang
diharuskan minimum sebesar 5 gram per sachet. Suatu survei untuk
membandingkan kandungan lemak susu antara dua perusahaan dengan memilih sampel
sebanyak 100 sachet produk A dan 100 sachet produk B. Berdasarkan
hasil survei ditemukan rata-rata kandungan lemak produk A adalah 5,12 kg
sedangkan produk B adalah 5,13 kg dengan deviasi standar produk A adalah 0,05
dan produk B adalah 0,06. Ujilah apakah kandungan lemak susu per sachet
kedua produk tersebut sama atau berbeda.
Jawab
Untuk menjawab pertanyaan tersebut
kita menggunakan uji Z tentang perbedaan mean atau rata-rata. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai
berikut:
1. Menyatakan
hipotesis null dan hipotesis alternatif. Hipotesis null dan
alternatifnya dinyatakan sebagai berikut:
Ho: µA = µB
Ho: µA µB
2. Menentukan
level signifikansi. Untuk level signifikansi dipilih tingkat kepercayaan 95%.
3. Menentukan uji
statistik yang digunakan. Untuk menguji hipotesis tersebut kita menghitung
nilai Z
Z =
=
=
=
= 1,28
4. Memformulasi
Keputusan.
Dengan memilih
level signifikansi 95% uji dua arah kita
mendapatkan nilai Z tabel sebesar 1,96. Dengan membandingkan nilai z hitung
dengan z tabel di mana z hitung lebih kecil dari pada Z tabel maka dapat kita simpulkan bahwa z hitung
terletak pada daerah penerimaan H0, sehingga bisa disimpulkan bahwa
rata-rata kandungan susu kedua produk adalah sama. Selengkapnya dapat kita
gambarkan dalam Gambar 5.8 sebagai berikut:
Gambar 5.8
Nilai P Dalam Pengujian Hipotesis
Kita juga bisa
menghitung nilai P untuk mengambil keputusan. Pada contoh tersebut terlihat
bahwa luas area 1,28 adalah 0,3849. Jadi luas area di sebelah kanan 1,2 adalah
0,5 – 0,3849 = 0,1003. Dengan uji dua arah maka nilai P adalah 2 x 0,1151 =
0,20026 Karena nilai P lebih besar dari 0,05 maka kita tidak menolak Ho.
E.
Uji
Proporsi satu variabel.
Pada
pembahasan sebelumnya kita membahas mengenai pengujian terhadap data yang
berbentuk interval atau rasio. Pada bagian ini kita akan membahas tentang
proporsi. Proporsi adalah suatu pecahan, rasio atau persentase yang menunjukkan
suatu bagian populasi atau sampel yang mempunyai sifat luas. Sebagai contoh adalah suatu survei tentang tingkat pendidikan
konsumen dengan mengambil sampel 70 orang, 30 orang dinyatakan berpendidikan
SMU. Jadi sampel proporsi yang berpendidikan SMU adalah 30/70 = 42,86 %. Jadi
seumpama P merupakan proporsi untuk sampel, proporsi sampel (P)adalah :
P=
Dalam menguji proporsi sampel populasi
ada beberapa asumsi yang perlu dipenuhi yaitu:
- Data sampel yang
diperoleh dengan perhitungan
- Hasil dari
percobaan diklasifikasikan dalam 2 kategori yang mutually exclusif
yaitu sukses atau gagal;
- Probabilitas
untuk sukses pada tiap perlakuan adalah sama;
- Tiap-tiap
perlakuan adalah independen.
Selain asumsi di atas, uji hipotesis tentang
proporsi bisa dilakukan jika n. dan (1-µ)
kedua-duanya paling sedikit berjumlah 5.
Rumus untuk uji hipotesis proporsi satu variabel adalah sebagai berikut:
dimana:
p : proporsi
sampel;
p : proporsi populasi;
n : jumlah sampel;
: adalah
proporsi populasi yang dicari dengan rumus:
=
;
sehingga rumus
di atas menjadi
Contoh
Suatu survei tentang
merek kacang garing yang dibeli oleh konsumen menyatakan bahwa proporsi kacang
garing merek A dikonsumsi 60% konsumen yang menjadi responden. Dengan menggunakan
uji hipotesis proporsi, nilailah peluang bahwa kacang merek A dipilih oleh para
konsumen jika dari hasil penelitian selanjutnya yang dilakukan terhadap 1000
orang, sebanyak 500 orang menyatakan memilih merek A, ujilah apakah perbedaan
hasil penelitian tersebut sesuai dengan survei sebelumnya?
Jawab
Untuk menguji hipotesis di atas kita
menggunakan uji proporsi dengan
tahap-tahap sebagai berikut:
- Menentukan
hipotesis null dan hipotesis alternatif.
Ho : p ³ 0,6
H1 : p < 0,6
- Menentukan
tingkat kepercayaan. Untuk tingkat
kepercayaan dipilih 95%.
- Menetukan uji
statistiknya. Uji statistiknya adalah:
- Menentukan titik
kritis penolakan atau penerimaan hipotesis. Dari level kepercayaan 95 %
kita dapat melihat bahwa nilai Z adalah 0,5 – 0,05 = 0,45. Nilai Z kita
cari pada tabel Z dengan uji satu arah didapat nilai Z adalah 1,65. Aturan
keputusan dapat kita gambarkan sebagai berikut.
Gambar 5.11.
Grafik pengujian
hipotesis dengan taraf kepercayaan 95%
- Untuk menentukan
apakah kita menolak H0 atau tidak menolak H0 kita
menghitung nilai Z hitung
Dari hasil penghitungan tersebut
terlihat bahwa nilai z hitung sebesar -1,29 terletak pada daerah
penerimaan H0. Dengan demikian perbedaan sebesar 2 % dari penjualan
yang menyatakan bahwa pangsa pasar kadang merek A adalah 60 % adalah hasil dari
variasi fungsinya, dalam arti pangsa pasar kacang garing merek A adalah 60%.
Kita bisa juga menghitung nilai p dengan cara mencari luas area nilai Z yang
sebesar -1,29 yaitu sebesar 0,04015. Sehingga nilai p adalah 0,05 – 0,4015 =
0,09. Karena nilai p lebih besar dari
pada level kepercayaan 95% (α = 5%) maka
kita tidak menolak H0.
F.
Uji hipotesis perbedaan proporsi dua populasi
Dalam dunia bisnis banyak kedudukan dengan dua variasi suatu populasi
misalnya adalah apakah ada perbedaan antara populasi perempuan usia muda yang
menyukai parfum merek A dengan perempuan usia setengah baya yang menyukai
parfum merek A. untuk menguji hal tersebut kita perlu menguji perbedaan antara
populasi tersebut. Rumus uji statistik untuk menguji proporsi dua populasi adalah
sebagai berikut:
di mana
P1 : proporsi
populasi pembaca laki-laki
P2 : proporsi
populasi pembaca perempuan
N1 : jumlah
sampel laki-laki
N2 : jumlah
sampel perempuan
P1 : rata-rata
tertimbang dari dua proporsi sampel yang dihitung dengan
di mana:
x1 : jumlah
poporsi sampel jenis 1
x2 : jumlah
poporsi sampel jenis 2
n1 : jumlah
sampel jenis 1
n2 : jumlah sampel jenis 2
Contoh
Suatu survei tentang majalah mengungkapkan bahwa majalah “Ekonomia” dibaca
oleh pembaca 45% dari seluruh pembaca laki-laki, dan 46% pembaca perempuan dari
seluruh pembaca perempuan. Manajer pemasaran majalah ingin membuktikan
kebenaran survei tersebut dengan mengadakan penelitian terhadap pembaca di
suatu kota. Jumlah responden laki-laki dipilih 150 orang dan yang membaca
majalah sebanyak 69 orang mengaku
membaca majalah “Ekonomia”, sedangkan dari 200 orang responden perempuan yang
membaca majalah “Ekonomia” adalah 95 orang. Dengan menggunakan uji hipotesis
proporsi ujilah apakah proporsi pembaca majalah tersebut sama?
Jawab:
Untuk menjawab hal tersebut kita
menggunakan tahap-tahap sebagai berikut:
- Tahap 1.
Menyatakan hipotesis null dan alternatif
H0 : P1 = P2
: p1= p2
H1 : P1 ¹ P2 : p1 ¹ p2
- Memilih tingkat
signifikansi. Level yang dipilih adalah 95%.
- Menghitung uji
statistik. Karena sampel yang digunakan cukup besar maka uji statistik
yang digunakan adalah uji Z di mana distribusi mendekati standar normal.
di mana
P1 : proporsi
populasi pembaca laki-laki
P2 : proporsi
populasi pembaca perempuan
n1 : jumlah
sampel laki-laki
n2 : jumlah
sampel perempuan
Pc : rata-rata tertimbang dari dua proporsi sampel
yang dihitung dengan
di mana:
x1 : jumlah
sampel laki-laki yang membaca majalah ekonomi
x2 : jumlah
sampel perempuan yang membaca majalah ekonomi
- Membuat aturan
keputusan
Karena dari hipotesis tersebut tidak menyatakan
suatu petunjuk seperti lebih besar atau lebih kecil, maka kita menggunakan uji
dua arah. Titik kritis dengan level kepercayaan 95% adalah 1,96, sehingga jika
nilai Z hitung berada pada ±1,96 kita tidak menolak hipotesis null.
Gambar 5.12
Daerah
Penerimaan & Penolakan H0
- Pengambilan
keputusan
X1 : 69 p1 :
=
0,46
N1 : 150
X2 : 95 P2 :
N2 : 200 = 0,475
Pc=
=
= 0,47
Jadi
Z
Berdasar hasil penghitungan nilai z hitung terlihat bahwa nilai z hitung berada pada daerah penerimaan H0
sehingga kita dapat membuat keputusan untuk menerima hipotesis null.
G.
Uji
Hipotesis Sampel kecil
Pada Bab sebelumnya kita
telah mempelajari tentang uji hipotesis sampel bisa dengan menggunakan uji Z.
Dalam menggunakan uji Z ada syarat yang harus kita penuhi; yaitu deviasi
standar populasi dikatakan atau mempunyai sampel yang besar (730) dalam kondisi
umum. Pengetahuan tentang deviasi standar populasi adalah uji student’s t
atau distibusi t. dalam mengunakan uji t kita tetap menggunakan asumsi bahan
populasi konstruksi secara normal.
Karakteristik
uji t
Uji t dibangun oleh
William S. Goossett dari Irlandia yang dipublikasikan pada tahun 1982.
Distribusi ini berasal dari kekhawatirannya terhadap penggunaan s sebagai
penduga s akan menimbulkan ketidakcocokan ketika dihitung dengan sampel yang sangat
kecil. Bentuk distribusi t lebih menyebar daripada distribusi Z sebagaimana
pada Gambar 5.14
Gambar 5.14
Distribusi T dan Distribusi Z
Sebagaimana distribusi Z yang didasarkan ada
asumsi bahwa populasi terdistribusi secara normal, distribusi t juga didasarkan
pada asumsi bahwa populasi terdistribusi secara normal, dimana distribusi t
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Merupakan distribusi kontinyu dan berbentuk
lonceng simetris
2. Tidak ada satu distribusi t tetapi merupakan
keluarga distribusi t, dan semua distribusi t mempunyai rata-rata null,
akan tetapi deviasi standar akan berbeda sesuai dengan ukuran sampel.
3. Distribusi t lebih menyebar dan lebih mendatar
daripada distribusi normal standar. Semakin besar ukuran sampel, distribusi t
akan semakin mendekati distribusi normal.
Karena distribusi t lebih menyebar daripada distribusi Z maka
titik kritis distribusi t juga semakin besar. Sebagai contoh perbandingan
adalah distribusi Z dengan level signifikansi 95% dan distribusi t pada jumlah
sampel 8 dengan level signifikansi 95% yang digambarkan pada Gambar 5.15 dan
Gambar 5.16. sebagaimana pada Gambar 8.2 titik kritis distribusi Z adalah 1,65
sedangkan distribusi t adalah 1,95.
Gambar
5.15
Titik
Kritis Distribusi Z
![]() |
Titik
Kritis Distribusi t
![]() |
Apabila kita lihat pada tabel distribusi Z dengan level signifikansi 95% bila
jumlah n tidak terbatas maka titik
kritis distribusi t melewati titik
kritis distribusi Z yaitu 1,65.
H.
Uji
rata-rata populasi
Sebagaimana kita ingin menguji hipotesis rata-rata populasi,
tetapi apabila jumlah sampel yang terdiri dari 30 dan deviasi standar populasi
tidak diketahui, dengan asumsi populasi mendekati normal, kita menggunakan uji
yang berbeda dari uji Z. Untuk menguji hipotesis ini kita menggunakan uji t
sebagai uji statistik.
Rumus uji rata-rata populasi adalah :
di mana:
adalah rata-rata sampel;
µ0 adalah
rata-rata populasi;
s adalah deviasi standar
sampel;
n adalah jumlah sampel.
Contoh
Suatu perusahaan armada truk ingin membeli truk
baru. Mereka akan membeli truk tersebut jika konsumsi solar per liter bisa
lebih dari 15 km per liter. Dengan menggunakan n = 15, ditemukan bahwa rata-rata jarak tempuh per liter adalah
16 km dengan deviasi standar 1,73 km. Dengan uji statistik ujilah apakah truk
tersebut mempunyai jarak tempuh per liter rata-rata lebih kecil sama dengan 15
atau lebih.
Jawab
1. Menyatakan hipotesis H0 : m £ 15
H1 : m > 15
2. Menggunakan uji statistik. Uji statistik yang
digunakan adalah uji t
3. Menentukan
signifikansi. Tingkat
signifikansi yang digunakan adalah 95%
4. Menentukan keputusan
Berdasar tingkat
signifikansi 95 % dengan n = 15 maka nilai t
berdasarkan tabel t adalah 1,76. Dengan demikian kita menolak hipotesis null,
karena nilai t hitung terletak pada
daerah tolak H0 sebagaimana Gambar 5.16.
Gambar 5.16
Titik Kritis Uji t
Kita juga bisa menentukan
keputusan dengan menggunakan nilai P pada hasil print out komputer.
Dari tabel t dengan n = 4
(n – 1) terlihat nilai 2,236. Pada tabel tersebut nilai 2,236 terletak pada
tingkat signifikansi 0,005 sampai 0,01. karena level signifikansi t hitung lebih kecil dari 0,05
maka kita menolak hipotesis null.
I. Uji hipotesis sampel berpasangan
Sebagai contoh, dalam bidang akuntansi
jika kita ingin menguji apakah ada perbedaan yang signifikan antara laporan
keuangan yang disusun dengan metode konvensional
dan yang disusun dengan metode berindeks harga. Untuk itu kita harus menguji
distribusi perbedaan antara kedua populasi tersebut. Kita menggunakan tanda µd
yang menunjukkan bahwa rata-rata populasi dari distribusi perbedaan. Uji yang
kita gunakan adalah uji t dengan rumus sebagai berikut:
dimana
adalah rata-rata perbedaan pasangan sampel (X1i-
X2i)
Sd adalah standar deviasi perbedaan pasangan sampel
yang dicari dengan rumus:
Sd =
n adalah jumlah pasangan sampel
Contoh
Suatu penelitian tentang pengaruh
penggunaan indeks harga dalam laporan keuangan ingin menguji apakah ada
perbedaan yang signifikan antara rasio return on asset (ROA) laporan keuangan konvensional dengan
ROA laporan keuangan indeks harga. Data ROA dihitung dari laporan keuangan.
Berdasarkan analisis ROA laporan keuangan konvensional dan analisis ROA laporan
keuangan berindeks harga didapat data sebagai berikut :
Tabel 1.
ROA Konvensional & ROA Lap.
Keu. Berindeks Harga
sampel |
ROA konvesional |
ROA laporan keuangan berideks harga |
1 |
0,46 |
0,49 |
2 |
0,32 |
0,33 |
3 |
0,54 |
0,57 |
4 |
0,34 |
0,33 |
5 |
0,41 |
0,45 |
6 |
0,36 |
0,38 |
7 |
0,27 |
0,28 |
8 |
0,26 |
0,27 |
9 |
0,47 |
0,46 |
10 |
0,65 |
0,68 |
Dengan menggunakan level signifikasi 95% ujilah
apakah ada perbedaan rata-rata antara ROA konvensional dengan ROA laporan
keuangan berindeks harga.
Jawab
Untuk
menguji kita gunakan uji t dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho:
µd = 0
Ho: µd 0
Menghitung nilai t tabel yang diketahui sebagai
berikut:
Tabel 2 5.6. Rata-rata ROA Laporan
Keuangan
Sampel |
ROA konvesional |
ROA lap. keu berideks harga |
Perbedaan |
Kuadrat Perbedaan |
1 |
0,46 |
0,49 |
-0,03 |
0,0009 |
2 |
0,32 |
0,33 |
-0,01 |
0,0001 |
3 |
0,54 |
0,57 |
-0,03 |
0,0009 |
4 |
0,34 |
0,33 |
0,01 |
0,0001 |
5 |
0,41 |
0,45 |
-0,04 |
0,0016 |
6 |
0,36 |
0,38 |
-0,02 |
0,0004 |
7 |
0,27 |
0,28 |
-0,01 |
0,0001 |
8 |
0,26 |
0,27 |
-0,01 |
0,0001 |
9 |
0,47 |
0,46 |
0,01 |
0,0001 |
10 |
0,65 |
0,68 |
-0,03 |
0,0009 |
Jumlah |
4,08 |
4,24 |
-0,16 |
0,0052 |
Rata-rata |
0,408 |
0,424 |
-0,016 |
|
=
= -0,016
Sd
=
=
=
= 0,017127
t = =
=
= -2,82
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
terlihat bahwa nilai t hitung terletak pada daerah penerimaan Ha
dengan demikian kita menolak Ho, yang
berarti rata-rata ROA laporan keuangan konvensional dan laporan keuangan
berindeks harga adalah berbeda. Kita bisa juga menggunakan nilai p untuk
menguji hipotesis, dengan melihat pada tabel t di df =9 kita bisa menemukan
bahwa nilai t berada pada level signifikansi dibawah 0,05 sehingga kita menolak Ho.
Comments
Post a Comment