METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan true eksperimen atau eksperimen murni. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara ramdom, kemudian diberi untuk mengetahui kemapuan awal adakah perbedaan anatar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretes yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan (Sugiyono, 2009). Adapun desaian penelitian eksperimen murni berbentu murni berbentuk pretes-postest control group design (Sugiyono, 2009) adalah sebagai berikut :
Kelas Eksperimen : R O1 X O2
Kelas Kontrol : R O3 O4
Keterangan :
O : Pretes dan postes
X : perlakuan yaitu model pembelajaran berbasis masalah menggunaka asesmen kinerja.
Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok siswa yang memiliki kemampuan yang sama. Kelompok pertama dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok lainnya sebagai kelas kontrol. Pada kelompok eksperimen siswa diberikan pembelajran berbasis masalah dengan asesmen kinerja, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan pembelajaran konvensional.
Tes awal (pretes) diberikan untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelompok siswa dalam kemampuan pecahan masalah dan komunikasi matematik sebelum diberikan perlakuan. Setelah diberikan pretes lalu kelompok eksperimen dari perlakuan yaitu pembelajaran berbasis basalah dengan menggunakan asesmen kinerja, sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan konvensional. Setelah perlakuan diberikan pada kelompok eksperimen lalu kedua kelompok tersebut diberikan posttest. Postes bertujuan untukn mengetahui peningkatan kemampuan akhir kedua kelompok dalam hal kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematik setelah masing-masing diberikan perlakuan.
Keterkaitan antara variabel bebas (model pembelajaran berbasis masalah dengan asesmen kinerja dan pembelajaran konvensional), dan variabel terikat (kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi) disajikan dalam table weiner berikut:
Table keterikatan variabel-variabel kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis berdasarkan peringkat siswa pada masalah penelitian.
pembelajaran |
Kemampuan pemecahan masalah |
Kemampuan komunikasi |
||
PBM |
konvensional |
PBM |
konvensional |
|
Peringkat siswa |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Penelitian ini akan dilakukan pada tahun ajaran 2016/2017. Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IX. Ada beberapa pertimbangan untuk pengambilan subjek.
Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar baru Kabupaten Pidie jaya. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara Purposive Sampling. Pengambilan teknik ini dikarenakan peneliti mempunyai pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampel untuk tujuan tertentu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sundayana (2010) yang menyatakan bahwa teknik Purposive Sampling digunakan apabila anggota sampel yang digunakan dipilih berdasarkan penelitian.
Subjek sampel adalah siswa dari kelas yang sudah ada, yaitu kelas VIII-a sebagai kelas eksperimen (kelas yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran) dan kela VIII-b sebagai kelas control (yang diajarkan tanpa pembelajaran). Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan petimbangan-pertimbagan tertentu dan guru bidang studi matematika kelas yang mengajar dikelas tersebut bahwa penyebaran siswa pada kelas tersebut merata ditinjau dari segi kemampuan akademis.
C. Variabel Penelitian
Variable dalam penelitian ini terdiri dari variable bebas dan variable terikat. Variable bebas adalah model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran konvensional. Sedangkan variable terikat adalah kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematik siswa.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes. Instrumen tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa yang berkaitan dengan bahan ajar yang diberikan. Instrumen tes berupa soal-soal pemecahan masalah dan komunikasi matematik yang berbentuk uraian.
a. Pengetahuan Awal Matematik
Untuk mengetahui pengetahuan awal matematika maka peneliti melakukan tes awal. Dan materi yang digunakan untuk tes yaitu materi pokok sebelumnya, nilai tes tersebut digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal matematika siswa sebelum pembelajaran berlangsun, memperoleh kesetaraan rata-rata kelas eksperimen dan kelas control, dengan mengelompokkan siswa meneurut kelompoknya (tinggi, sedang dan rendah).
b. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Tes kemampauan pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini tes tulis dalam bentuk uraian. Tes tulis terdiri dari tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes diberikan pada semua siswa kelas eksperimen dan kelas control. Soal-soal pretes dan postes dibuat relatif sama. Pemerian pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa sebelum model pembelajaran diterapkan, sedangkan pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa setelah pembelajaran diterapkan. Soal pretes harus diuji beberapa tahap penilaian antaranya harus dinilai reabilitas, validitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Untuk mendapat validitas, reabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran, maka soal harus dicoaba pada kelas yang lain disekolah pada tingkat yang sama.
c. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Tes kemampuan komunikasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini tertulis dalam bentuk uraian. Tes tertulis dari tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes diberikan pada semua siswa kelas eksperimen dan kelas control. Soal-soal pretes dan postes dibuat relatif sama. Pemberian pretes dilakukan untuk mengatahui kemampuan komunikasi siswa melalui pembelajaran yang diterapkan, sedangkan postes dilakukan untuk mengetahui kemampuan komunikasi siswa setelah pembelajaran diterapkan. Sebelum soal postes diberikan pada subjek penelitian, soal tersebut diujicobakan pada siswa tingkat yang sama untuk uji reabilitas, validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.
d. Teknik Penskoran Soal Tes
Untuk memberikan penilaian yang objektif, kriteria pemerian skor untuk tes kemampuan pemecahan masalah berpedoman pada Holistic Scoring Rubrics yang dikemukakan oleh Cai, Lane, Jakabcsin (1996) yang kemudian diadaptasikan. Kriteria skor untuk tes ini dapat dilihat pada table berikut:
Skor |
Respon Siswa |
0 |
Tidak ada jawaban |
1 |
Jawaban sebagian besar mengandung perhitungan yang salah |
2 |
Jawaban kurang lengkap (sebagian petunjuk diikuti) penggunaan algoritma yang lengkap namun mengandung perhitungannya yang salah. |
3 |
Jawaban hampir lengkap (sebagian petunjuk diikuti), penggunaan algoritma secara lengkap dan benar namun mengandung sedikit kesalahan. |
4 |
Jawaban lengkap (hamper semua petunjuk soal diikuti), penggunaan algoritma secara lengkap dan benar, dan melakukan perhitungan dengan benar |
Selain tes kemampuan tes pemecahan masalah, juga penskoran dilakukan pada tes komunikasi. Untuk memberikan penilaian yang objektif , kriteria pemberian skor untuk soal tes kemampuan komunikasi berpedoman pada Holistic Scoring Rubrics yang dikemukakan oleh Cai, Lane, Jakabcsin (1996) yang kemudian diadaptasikan. Kriteria skor untuk tes ini dapat dilihat pada table berikut:
Skor |
Respon Siswa |
0 |
Tidak ada jawaban |
1 |
Hanya sedikit yang benar dari penjelasan konsep, ide atau persoalan dari suatu gambar yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik dan gambar yang dilukis. |
2 |
Hanya sebagian yang benar dari penjelasan konsep, ide atau persoalan dari suatu gambar yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik masuk akal, dan melukis gambar. |
3 |
Semua penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan dalam menyelesaikan soal, dijawab dengan benar namun mengandung sedikit kesalahan. |
4 |
Semua penjelasan dengan gambar, fakta dan hubungan dalam menyelesaikan soal, dijawab dengan lengkap, jelas dan benar |
Untuk mendapat validitas, reabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran, maka soal tersebut harus diujicobakan pada siswa yang lain disekolah pada tingkat yang sama. Soal tes tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Reabilitas
Realibilitas suatu istrumen tes adalah suatu kekonsistenan instrumen tersebut. Suatu tes yang reliabel bila diberikan pada subjek yang sama meskipun pada orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda pula, maka akan memberikan hasil yang relative sama. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Sundayana (2010) adalah “ suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama atau konsisten. Hasil yang pengukuran itu harus tetap sama atau juga relatif sama jika pengukuran diberikan pada subjek yang sama meski pada orang yang berbeda, waktu yang berlainan dan juga pada tempat yang berbeda. Tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi. Alat ukur yang realibilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliabel”.
Alat menguji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach Alpha (α) (Sundayana: 20) yaitu :
Keterangan:
r : koefesien realibilitas
n : banyak butir tes
: jumlah varians item
St : varians total
Koefesien reabilitas yang dihasilkan, selanjutnya diinterprestasikan dengan menggunakan kriteia dari Guilford (Ruseffendi, 1994), yaitu:
Table Klasifikasi Koefesien Realibilitas
Koefesien realibilitas (r) |
Interprestasi |
0,00 ≤ r < 0,20 |
Sangat Rendah |
0,20 ≤ r < 0,40 |
Rendah |
0,40 ≤ r < 0,60 |
Sedang/Cukup |
0,60 ≤ r < 0,80 |
Tinggi |
0,80 ≤ r < 1,00 |
Sangat Tinggi |
b. Validitas Instrumen Penelitian
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatb kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Menurut Arikunto (1998), suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Untuk menguji validitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan rumus Koefesien Korelasi Peason, yaitu :
Keterangan:
rxy : koefesien korelasi antara variabel X dan Y
X : skor item butir soal
Y : jumlah skor total tiap soal
n : jumlah responden
Penafsiran terhadap besarnya koefesien korelasi skor setiap item dengan skor total dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan rkritis. Kriteria untuk menginterpretasikan besarnya korelasi (Arikunto : 2008) sebagai berikut:
Table Klasifikasi Koefesien Realibilitas
Koefesien realibilitas (r) |
Interprestasi |
0,80 ≤ r < 1,00 |
Vliditas Sangat Tinggi |
0,60 ≤ r < 0,80 |
Validitas Tinggi |
0,40 ≤ r < 0,60 |
Validitas Cukup |
0,20 ≤ r < 0,40 |
Validitas Rendah |
0,00 ≤ r < 0,20 |
Validitas Sangat Rendah |
c. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah.
Untuk mencari daya pembeda menggunakan rumus:
Keterangan:
Dp : Daya Pembeda
SA : jumlah skor kelompok atas
SB : jumlah skor kelompok bawah
IA : jumlah skor ideal pada butir soal yang dipilih
Intrepretasi perhitungan daya pembeda dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh Suherman (2003: 161) sebagai berikut :
Tabek intrepretasi koefesien daya pembeda
Besarnya Daya Pembeda |
Interprestasi |
DP ≤ 0,00 |
Sangat Rendah |
0,00 < r ≤ 0,20 |
Rendah |
0,20 < r ≤ 0,40 |
Sedang/Cukup |
0,40 < r ≤ 0,70 |
Baik |
0,70 < r ≤ 1,00 |
Sangat Baik |
d. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah keberadaan suatu butir soal dipanda sukar, sedang, artau mudah dalam mengerjakan (Sundayana, 2010 : 77). Untuk mencari tingkat kesukaran suatu instrumen tes dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
SA : jumlah skor kelompok atas
Sb : jumlah skor kelompok bawah
IA : jumlah skor ideal kelompok bawah
IB : jumlah skor ideal kelompok bawah
Table Interpretasi Tingkat Keskuran Butir Tes
Besarnya Daya Pembeda |
Interprestasi |
TK ≤ 0,00 |
Terlalu Sukar |
0,00 < r ≤ 0,30 |
Sukar |
0,30 < r ≤ 0,70 |
Sedang/Cukup |
0,70 < r ≤ 0,10 |
Mudah |
TK = 0,10 |
Terlalu Mudah |
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahan persiapan, tahap pelaksanaa, dan terakhir tahapan pengolahan atau tahap analisis data. Ketiga tahapan pada setiap tahapannya diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan kegaiatan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Melakukan observasi terhadap penelitia
2. Melakukan studi kepustakaan, mengidentifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan studi litetur
3. Menetapkan materi yang akan digunakan dalam penelitian
4. Merancang instrumen pembelajaran, dan divalidasi oleh para ahli
5. Melakukan uji coba instrumen untuk melihat validitas dan reabilitas tes
6. Melakukan revisi terhadap intrumen sebelum digunakan dalam penelitian.
b. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:
1. Memberikan tes awal pada kelas control dan kelas eksperimen. Tes awal untuk melihat kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa.
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sudah direncanakan. Pada kelas eksperimen pembelajaran yang digunakan berbasis masalah dengan asesmen kinerja, sedangkan pada kelas control dilaksanakan dengan pendekatan konvensional. Kegiatan pembelajaran direncanakan empat pertemuan.
3. Memberikan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas control untuk melihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa.
4. Memberikan angket pada kelas eksperimen dan kelas control. Hal ini untuk melihat perngaruh pembelajaran terhadap kemampuan matematik siswa.
c. Tahap Analisis Data
Data yang diperoleh melalui pretes dan postest siswa dianalisi menggunakan analisis statistik dan melakukan penarikan kesimpulan terhadap hasil analisis data.
Identifikasi Masalah |
Penyusunan, Validasi, Ujicoba, Instrumen dan Perbaikan Instrumen |
Penentuan Subjek |
Pretes |
Kelas Kontrol |
Kelas Eksperimen |
Pembelajaran Konvensional |
Pembelajaran dengan Asesmen |
Postes |
Pengumpulan Data |
Analisis Data |
Laporan dan Kesimpulan |
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini berupa data hasil tes belajar. Data hasil tes meliputi data hasil kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software anates dan Microsoft Excel 2010.
a. Data Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik
Setelah data diperoleh, yakni hasil tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik selanjutnya data diolah dibuat table pretes dan postes, kemudian dihitung rata-rata dan deviasi standar skor pretes dan postes. Apabila skor pretes tidak berbeda signifikan maka untuk pengujian perbedaan rata-rata dapat digunakan data postes. Selanjutnya Hake (1999) menyatakan bahwa apabila skor pretes berbeda secara signifikan maka pengujian perbedaan rerata dilakukan terhadap gain ternormalisasi.
Pengolahan dan analisis data hasil tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik dengan menggunakan uji ANOVA dua jalur. Kemampuan siswa sebelum diberi pembelajaran dapat dilihat dari hasil pretest, dan kemampuan siswa setelah diberi pembelajaran dapat dilihat dari hasil postes. Peningkatan dalam penelitian ini diperoleh dari selisih antar skor pretes dan postes skor ideal kemampuan pemacahan masalah dan komunikasi matematik siswa dinyatakan dalam skor gain ternormalisasi.
Sebelum data hasil penelitian diolah, terlebihb dahulu dipersiapkan beberapa hal, antara lain:
a. Memberikan skor jawaban siswa sesuai alternatif jawaban dan rubrik penskoran yang digukanan.
b. Membuat table skor pretes dan posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
c. Peningkatan yang terjadi dihitung dengan rumus gain ternormalisasi, yaitu:
Gain ternormalisasi (N-gain) (Hake, 1995)
d. Menetapkan tingkat kesalahan atau tingkat singnifikan yaitu 5% (α = 0,05).
Sebelum dilakukan uji hipotesis, perlu dilakukan uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas varians data.
a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui mormal atau tidaknya distribusi data yang menjadi syarat untuk menentukan jenis statistik yang digunakan dalam analisis selanajutnya. Normalitas data diperlukan untuk menentukan pengujian data dua rerata yang akan diselidiki. Uji normalitas yang digunakan adalah uji X2
Dengan oi = nilai frekwensi kelas ke-i
hi = luas kelas interval ke-I dikali 100
kemudian dibandingkan dengan dengan α = 0.05
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan untuk mengatahui apakah varians kedua kelas sama atau berbeda. Uji homogenitas menggunakan uji varians dua peubah bebas karena sampel yang diselidiki saling bebas.
Keterangan :
S = simpangan Baku
dk = n-1 (n = banyak skor) adalah derajat kebebasan.
F hitung yang diperoleh dibandingkan denga Ftabel dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan dk1 dan dk2.
Adapun uji statistic yang digunakan pada pengolahan data penelitian berupa tes sebagai berikut:
a. Uji perbedaan dua rerata
Uji perbedaan dua rerata yang digunakan tergantung pada uji normalitas data dan homogenitas varians data. Adapun hipotesis yang akan diuji dalam uji perbedaan dua rerata adalah:
1. Uji dua pihak/arah (2-tailed)
Ho : µe = µk
H1 : µe ≠ µk
2. Uji sepihak/searah (one-tailed)
Ho : µe = µk
H1 : µe > µk
Jika dua data berdistrubusi normal, maka uji perbedaan rerata menggunakan uji stattistik parametric, yaitu uji independent-sampel T tes. Jika varians kedua kelompok data homogeny, nilai signifikansi yang diperhatikan yaitu nilai pada baris “Equal varinaces assumed”. Sedangkan jika varians kedua kelompok tidak homogen, nilai signifikan yang diperhatikan yaitu nilai pada baris “Equal varinaces not assumed”
b. Uji ANOVA dua jalur
Adapun hipotesis yang diuji dalam ANOVA dua jalur antara lain:
1. Pengaruh pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis
Ho : µe = µk
H1 : µe > µk
2. Pengaruh kemampuan awal matematis terhadapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi
Ho : µ1 = µ2 = µ3 (semua sama)
H1 : µi ≠ µj ; untuk i ≠ j (tidak semua sama)
3. Pengaruh intraksi faktor pembelajaran dan faktor kemampuan awal matematis terhadapat peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik.
Ho = tidak terdapat interaksi antara factor pembelajaran dan factor kemampuan matematis
H1 = terdapat interaksi antara factor pembelajaran dan factor kemampuan awal matematis
Kriteria penerimana H0 yaitu bila Ftabel > Fhitung dan sebaliknya, tolak H0 jika Ftabel < Fhitung (Irianto, 2009)
Comments
Post a Comment