Skip to main content

komunikasi matematika

Komunikasi Matematik

Pengertian komunikasi secara implisit menurut Effendy (1993) adalah proses penyampaian suautu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau prilaku baik langsung maupun secara lisan, maupun tidak langsung melalui melalui media. Di dalam berkomunikasi tersebut harus dipikirkan bagaimana agar pesan yang disampaikan seseorang itu menimbulkan dampak atau efek sesuatu pada orang lain. Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang yang menyampaikan dengan berbagai bahasa termasuk matematik. Lebih lanjut Effendy (1993) mengemukakan bahwa dampak yang ditimbulkan komunikasi dapat diklarifikasi menurut kadarnya yaitu dampak kognitif, afektif, dan psikomotor.

Kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahui melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi dilingkuangan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah, pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi didalam kelas adalah guru dan siswa. Cara pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tertulis.

Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, masyarakat dapat menyampaikan informasi dalam dalam bahasa matematika. Lindquist (Elliot dan Kenney, 1996) berpendapat bahwa jika sepakat matematika marupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasa terbaik komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi dari mengajar, belajar dan mengakses matematika. Hal yang sama juga dikemukakan Esty dan Teppo (1996) bahwa bahasa symbol adalah alat unutk mengkomunikasikan dann mempresentasikan konsep, struktur dan hubungan dalam matematika. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa matematika merupakan suatu bahasa pesan untuk dikomunikasikan. Bahwa bahasa matematika sangat universal, dengan symbol-simbol yang dikenaln seluruh dunia. Berbeda dengan bahsa verbal yang sangat penuh dengan keterbatasan, dimana hanya kelompok tertentu yang akan memahami suatu bahasa verbal sesuai dengan daerahnya masing-masing. Misalnya untuk symbol Ñ” , diseluruh dunia temtu mengenal arti dari symbol tersebut, namun manakala symbol tersebut disajikan dalam bahasa nverbal “elemen/anggota” tentu saja itu hanya akan dimengerti oleh masyarakat yang mengenal bahasa Indonesia.

Oleh karena itu keterbatasan dari bahasa verbal tersebut, maka masyarakat dituntut untuk mampu menggunakan bahasa matematika agar dapat berkomunikasi secara matematik. Begitu pula dalal pembelajaran matematika disekolah, siswa dituntut untuk mampu berkomunikasi secara matematikm seperti yang vdiungkapkan Lindquist diatas bahwa komunikasi adalah esensi dari belajar dan mengajar.

Menurut Sumarmo (2002) komunikasi matematika meliputi kemampuan:

a.       Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide matematik.

b.      Menjelaskan idea, situasi dan relasi matematika, secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.

c.       Menyatakan peristiwa-peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau symbol matematika.

d.      Mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika.

e.       Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.

f.       Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan generalisasi.

g.      Membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.

Selanjutnya dalam NCTM (1989) dikemukakan bahwa standar kurikulum matematika sebagai alat komunikasi (mathematics as communication) bahwa siswa kelas 9-12 adalah siswa dapat:

a.       Menghubungkan dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematik dan menghubungkannya.

b.      Merumuskan definisi matematik dan membuat generalisasi yang diperoleh melalui investasi.

c.       Mengungkapkan ide matematika secara lisan dan tulisan.

d.      Menyajikan ide matematika yang dibaca dan ditulis dengan pengertian.

e.       Menjelaskan dan mengajukan pertanyaan yang dihubungkan pada matematika yang pernah mereka baca dan dengar. Dan

f.       Menghargai nilai ekonomis, kekuatan, dan keindahan notasi matematika, serta peranannya dalam mengembangkan ide/gagasan matematik.

Indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematik pada pembelajaran matematika menurut NCTM (1989) dapat dilihat dari :

1.      Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika malalui lisan, tertulis dan mendemonstrasikan serta menggambarkan secara visual.

2.      Kemampuan memahami, mengiterpretasikan, mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya.

3.      Kemampuan dalam menggunakan istilah, notasi-notasi natematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, mengambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi.

Dari uraian tentang komunikasi matematik diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang bisa dikatakan telah mempunyai kemampaun komunikasi matematik yang baik bila dia telah mampu mengkomunikasikan matematisnya kepada orang lain dengan jelas, tepat dan efektif, dengan menggunakan istilah metamatis yang sesuai, baik secara lisan maupun tertulisa.

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengkaji secara khusus komunikasi matematik tertulis dengan indikator seperti yang diungkapkan Sumarmo (2002) dan disesuaikan dengan materi penilaian serta subjek penelitian, yaitu:

a.       Kemampuan menjelaskan idea, situasi dan relasi matematika, secara tulisan alajabar.

b.      Kemampuan membaca dengan pemahaman serta suatu presentasi matematika tertulis.

c.       Kemampuan menyatakan peristiwa-peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau symbol matematika.

Comments

Popular posts from this blog

RPP Bahasa Indonesia Kelas 3 SD/MI - Kurikulum Merdeka ganjil

RPP I Bahasa Indonesia - Kelas 3 SD/MI Kurikulum: Merdeka Satuan Pendidikan: SD/MI Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia Kelas/Semester: 3 / Genap Alokasi Waktu: 2 x 35 menit Topik/Modul Ajar: Membaca dan Menanggapi Cerita Anak Tujuan Pembelajaran Siswa dapat membaca cerita anak dengan lancar. Siswa dapat mengidentifikasi tokoh, latar, dan alur dalam cerita. Siswa dapat mengungkapkan pendapat tentang isi cerita secara lisan dan tertulis. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan (10 menit) Guru menyapa siswa dan membuka pembelajaran dengan salam dan doa. Apersepsi: Guru menanyakan buku cerita atau dongeng yang pernah dibaca siswa. Menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini. Kegiatan Inti (50 menit) Eksplorasi: Guru membacakan satu cerita anak pendek (misalnya: “Kancil dan Buaya”) dengan intonasi yang tepat. Elaborasi: Siswa diminta membaca kembali secara bergiliran. Diskusi bersama: siapa tokoh utama, di mana latar cerita...

Makalah KPK dan FPB

MENENTUKAN KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL (KPK) DAN FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR (FPB)  DENGAN METODE EBIK A. PENDAHULUAN Pendidikan hendaknya mampu membentuk cara berpikir dan berprilaku anak yang positif. Tatanan berpikir yang ingin di bentuk adalah kemampuan berpikir logis, kritis, dan sistematis, sehingga dari kemampuan berpikir ini akan mengarahkan setiap orang khususnya siswa untuk berprilaku positif, terarah dan efektif. Matematika sebagai salah satu ilmu pengetahuan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan berpikir setiap orang, oleh karena itu kesadaran untuk mampu mengetahui dan memahami matematika bagi siswa sangat diharapkan sudah bertumbuh sejak usia dini. Membentuk pemahaman yang utuh pada anak dalam pelajaran matematika diperlukan kecintaan terlebih dahulu terhadap matematika, oleh karena itu seorang pendidik hendaknya mampu menciptakan “Fun Learning” di dalam kelas. Fun learning pada matematika dapat tercipta apabila seorang guru mampu mengaj...

Matematika Menurut NCTM

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyatakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dari jenjang pendidikan dasar hingga kelas XII  memerlukan standar pembelajaran yang berfungsi untuk menghasilkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir, kemampuan penalaran matematis dan memiliki pengetahuan serta ketrampilan dasar yang bermanfaat. Menurut NCTM 2000, disebutkan bahwa terdapat lima kemampuan  dasar  matematika  yang  merupakan  standar  proses yakni pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan bukti (reasoning and proof), komunikasi (communication), koneksi (connections) dan representasi (representation). Dengan mengacu pada lima standar kemampuan NCTM, maka dalam tujuan pembelajaran   matematika   menurut   Badan   Standar   Nasional.