A.
PENDAHULUAN
1.LATAR
BELAKANG MASALAH
Proses
belajar mengajar merupakan tantangan yang berkelanjutan bagi semua guru,
sehingga para guru harus berpikir lebih aktif berbagai macam model yang akan
diterapkan pada siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa,
dengan meningkatnya prestasi belajar siswa maka secara tidak langsung juga akan
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Ibrahim dan Nur (2000) menyatakan
bahwa landasan teoritis dari pembelajaran berbasis masalah
adalah teori John
Dewey dengan kelas
demokrasinya, Piaget dan Vygotsky
dengan konstruktivismenya, dan
Jerome Bruner dengan
pembelajaran penemuannya,
dengan akar intelektualnya ada
pada metode Socrates
yang dicetuskan pada zaman Yunani
awal, yang menekankan pentingnya penalaran induktif dan dialog pada proses
belajar-mengajar.
Ilmu mendidik
Dewey menganjurkan kepada
guru untuk mendorong siswa terlibat dalam proyek atau
tugas berorentasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalah
intelektual dan sosial (Ibrahim dan Nur, 2000). Dasar filosofis Dewey inilah
yang digunakan dalam PBL. Jika Dewey telah memberikan dasar filosofis untuk
PBL, maka teori konstruktivisme dari Piaget dan Vygotsky telah menjadi dasar
teoritis untuk PBL. Piaget beranggapan bahwa
pengetahuan tidaklah statis
tetapi secara terus menerus
tumbuh dan berubah
pada saat siswa
menghadapi pengalaman baru
yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka.
Rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia juga
terlihat dari data
yang diperoleh berdasarkan Education
For All Global Monitoring
Report 2011,menyebutkan pendidikan Indonesia
masih tertinggal. Berdasarkan
data yang dikeluarkan oleh UNESCO
setiap tahun yang berisi hasil pemantauan pendidikan dunia, pendidikan Indonesia ada di peringkat ke-69.
Perkembangan pendidikan Indonesia
masih kalah bila
dibandingkan dengan negara-negara
berkembang lainnya.
Kualitas
pendidikan di Indonesia walaupun masih tertinggal jauh dengan Negara lain
terutama dengan Negara tetangga Malaysia dan Singapura, namun pemerhati
pendidikan di Indonesia terus berusaha untuk memperbaiki kualitas pendidikan di
Indonesia terbukti dengan pencetusan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 yang
di anggap memberikan sumbangan besar untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.
Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada siswa aktif, terlihat pada model
pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum tersebut menggunakan model
kooperatif, diantaranya model problem based learning.
Dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional,
maka pembelajaran berbasis
masalah (PBL) mempunyai banyak keunggulan. Keunggulan yang dimaksud antara lain
lebih menyiapkan siswa
untuk menghadapi masalah
pada situasi dunia
nyata, memungkinkan siswa menjadi
produsen pengetahuan, dan
dapat membantu siswa mengembangkan
komunikasi, penalaran, dan ketrampilan berfikir kritis.
Dalam
proses pembelajaran dengan
metode ini, guru
hanya bertindak sebagai pembimbing dan
fasilitator yang mengarahkan
siswa Melalui PBL, siswa
dalam kelompok akan berdiskusi secara
intensif, sehingga secara lisan
mereka akan saling bertanya, menjawab,
mengkritisi, mengoreksi, dan mengklarifikasi setiap
konsep atau argumen
matematis yang muncul
dalam diskusi. Dalam diskusi yang
demikian akan berkembang juga kemampuan siswa untuk membuat, memperhalus, dan
mengeksplorasi dugaan-dugaan
(konjektur), sehingga memantapkan pemahaman mereka atas konsep
matematis yang sedang dipelajari, atau terhadap masalah matematika yang
dipecahkan. Pada akhirnya,
para siswa juga
harus mampu mengomunikasikan ide
mereka, baik secara
lisan maupun tertulis,
dalam rangka menyelesaikan
masalah yang diberikan. Sehubungan dengan masalah tersebut peneliti ingin
melihat strategi dan motivasi siswa
dalam membuat model matematika pada materi program linear melalui penerapan model
problem based learning di kelas XI Mas Jeumala Amal pidie jaya”
1.1 .FOKUS PENELITIAN
Pada
penelitian ini,peneliti memfokus masalah pada beberapa hal, yaitu:
a. Model
pembelajaran problem based learning
Model pembeljaran problem based learning merupakan
pembelajaran masalah berbasis masalah yang merupakan pembelajaran untuk
membantu siswa mengembang ketrampilan berfikir kreatif dan memecahkan masalah.
Guru menyampaikan masalah dalam kehidupan nyata yang berkaitan dengan membuat
model matematika pada program linear, siswa akan berdiskusi dan
mempresentasikan hasil diskusinya. Siswa dilatih dan diberi arahan untuk
menyusun suatu model matematika dengan cara mereka sendiri, hal seperti ini
membuat tingkat berfikir siswa akan lebih tinggi.
Ibrahim dan Nur (2000) mengemukakan Langkah-langkah yang dilakukan guru
dalam proses pembelajaran dengan Model Problem Based Learning adalah sebagai
berikut:Tahapan pembelajaran
berbasis masalah terdiri dari 5 tahap. Tahap 1:Mengoriantasi siswa pada
masalah, Tahap 2 : Mengorganisasi siswa untuk belajar,Tahap 3 : Membimbing
penyelidikan individual dan kelompok, Tahap 4 :Mengembangkan dan meyajikan
hasil karya, tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
b.
Proses dan
hasil pembelajaran
Proses pembelajaran adalah aktifitas yang dilkuakan dikelas baik
itu proses belajar mengajar maupun hal lain yang berkaitan dengan maslah yang
akan diteliti yaitu kemampuan berfikir siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika serta kepuasan siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan.
c.
Subjek
penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MAS Jeumala Amal Lueng
putu Pidie Jaya dengan jumlah siswa 36 yang semuanya adalah siswa perempuan.
2.RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang diatas dapat diambil kesimpulan, penting mengetahui strategi apa
yang digunakan siswa untuk menyelesaikan masalah matematika serta seberapa
besar motivasi siswa dalam penggunaan model pembelajaran problem based learning
pada proses belajar mengajar, dengan demikian akan memunculkan suatu rumusan
masalah sebagai berikut:
Bagaimana strategi dan motivasi siswa dalam membuat model
matematika pada materi program linear melalui penerapan model problem based
learning di kelas XI MAS Jeumala Amal Pidie Jaya”?
3.TUJUAN
PENELITIAN
Berdasarkan
pembatasan masalah dan rumusan masalah yang ada, maka peneliti bertujuan untuk
mengetahui strategi yang digunakan siswa untuk menyelesaikan masalah matematika
pada program linear serta untuk melihat motivasi siswa dalam penerapan model
pembelajaran problem based learning dikelas XI MAS Jeumala Amal.
4.MANFAAT
PENELITIAN
Manfaat
bagi siswa tentang penerapan model pembelajaran problem based learning yaitu:
a. Meningkatkan
kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran
b. Suasana
belajar yang menarik dan menyenangkan
c.
Mengembangkan kemampuan
berfikir kritis, kreatif, inovatif, dan pemecahan masalah.
d.
Melatih
siswa bekerja sama dalam team
1.
Manfaat bagi Guru (peneliti).
a.
Guru akan
lbih terampil dalam memilih dan menggunakan metode belajar sesuai dengan materi
yang diajarkan
b.
Sebagai
tolak ukur untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa.
c. Menambah wawasan serta pengetahuan yang luas untuk penerapan model
problem based learning.
B.
LANDASAN TEORI
1. Model-model Pembelajaran
Model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan
pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial. Fungsi model
pembelajaran adalah sebagai
pedoman bagi perancang
pengajar dan para guru
dalam melaksanakan pembelajaran
(Trianto, 2010: 51).
Berbeda dengan pendapat di atas,
dikemukakan bahwa model mengajar merupakan suatu kerangka konseptual yang
berisi prosedur sistematik
dan mengorganisasikan pengalaman belajar siswa
untuk mencapai tujuan
belajar tertentu yang
befungsi sebagai pedoman bagi
guru dalam proes belajar mengajar (Syaiful Sagala, 2010: 176) .
2.
Model problem Based Learning(PBL)
a.
Pengertian model Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran
berdasarkan masalah merupakan salah satu kelompok model sosial. pembelajaran
berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah
kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang
menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia nyata (real world).
PBL dapat
dimulai dengan mengembangkan
masalah yang: (1) menangkap
minat siswa dengan
menghubungkannya dengan isue
di dunia nyata;
(2)
menggambarkan atau mendatangkan
pengalaman dan belajar
siswa sebelumnya; (3) memadukan
isi tujuan dengan
ketrampilan pemecahan masalah;
(4) membutuhkan kerjasama, metode banyak tingkat
(multi-staged method) untuk menyelesaikannya;(5) mengharuskan siswa melakukan
beberapa penelitian independent untuk menghimpun atau memperoleh semua
informasi yang relevan dengan masalah tersebut. Karena dalam
PBL pembelajaran mendasarkan pada masalah,
maka pemilihan masalah menjadi
hal yang sangat
penting. Masalah untuk
PBL seharusnya dipilih sedemikian hingga
menantang minat siswa
untuk menyelesaikannya, menghubungkan
dengan pengalaman dan belajar sebelumnya, dan membutuhkan kerjasama dan
berbagai strategi untuk menyelesaikannya. Untuk
keperluan ini, masalah
open-ended yang disarankan untuk
dijadikan titik awal pembelajaran. Masalah yang open-ended adalah masalah yang
mempunyai lebih dari satu cara untuk menyelesaikannya, atau
mempunyai lebih dari
satu jawaban yang benar. Foong (2002)
menyebutkan ciri-ciri masalah
open-ended, antara lain
adalah: (1) Metode penyelesaiannya tidak tertentu; (2) Jawabannya tidak tertentu; (3) Mempunyai
banyak jawaban yang mungkin; (4) Dapat diselesaikan dalam cara yang
berbeda; (5) Memberi siswa ruang untuk
membuat keputusan sendiri
dan untuk berfikir
matematis secara alamiah; (6)
Mengembangkan penalaran dan
komunikasi; atau (6)
Terbuka untuk kreativitas dan
imaginasi siswa. Eric (2002) menyatakan
hal yang hampir sama, yaitu bahwa tugas-tugas
masalah open-ended akan
menyediakan: (1) Kesempatan
kepada siswa untuk menghasilkan
beberapa pilihan dan penyelesaian; (2)
Kesempatan kepada siswa
untuk merundingkannya bersama
siswa lain; dan
(3) Kesempatan kepada
siswa untuk membuat keputusan dan menjelaskan keputusan mereka.
Dari ciri-ciri masalah
open-ended yang demikian
tampak bahwa tujuan
siswa dihadapkan dengan masalah open-ended yang demikian bukan hanya untuk
mendapatkan jawaban, tetapi lebih
menekankan kepada cara
bagaimana ia memperoleh
jawaban. Dengan demikian, cara mendapatkan jawaban akan lebih variatif
tergantung pada tingkat pengetahuan yang dimiliki siswa.
Sesuai karakteristik
PBL, guru perlu
pandai-pandai menempatkan diri
sebagai fasilitator yang baik. Guru disarankan memfasilitasi diskusi
siswa hanya jika benar-benar diperlukan.
Dalam keadaan diskusi
menemui kebuntuan, guru
dapat memancing ide siswa
dengan pertanyaan yang
menantang, atau memberi
petunjuk kunci tanpa
mematikan kreativitas. Menurut
Duch, et.al. (2000)
peran guru dalam
PBL adalah membimbing, menggali
pemahaman yang lebih dalam, dan mendukung inisiatif siswa, tetapi tidak memberi
ceramah pada konsep yang berhubungan langsung dengan masalah esensial yang dipecahkan, dan juga
tidak mengarahkan atau memberikan penyelesaian yang mudah. Weissinger
(2004) menyebutkan bahwa meskipun guru
tidak dapat mengontrol apapun
dalam kehidupan siswa, namun guru dapat memonitor lingkungan belajar siswa.
Guru
adalah bagian integral dari proses pembelajaran yang membuat keputusan tentang
kegiatan pembelajaran, memilih
jenis pertanyaan untuk
disampaikan di kelas,
dan memutuskan kapan waktu
untuk diskusi atau
refleksi, disesuaikan dengan
tujuan pembelajarannya. Suatu
pembelajaran PBL akan
menjadi ”student-directed” ataukah
”teacher-directed”, diputuskan oleh guru berdasarkan pada ukuran kelas,
kedewasaan intelektual siswa, dan tujuan pembelajaran. Sebagai contoh, pada
kelas yang besar dari siswa baru, guru dapat menginterupsi proses penyelesaian
masalah dalam kelompok setiap selang 10 – 15 menit untuk keseluruhan diskusi kelas, atau memberi pembelajaran singkat yang membantu siswa memperoleh sedikit
petunjuk atau jalan, atau mengijinkan mereka untuk membandingkan catatannya
dalam mendekati masalah
tersebut (Duch, et.al.,2000). Bagaimanapun, selain
interaksi antar siswa,
interaksi antara guru
dan siswa juga merupakan salah
satu faktor yang
paling kuat dalam
melancarkan jalannya proses pembelajaran. Oleh
karena itu, PBL
memberikan kesempatan untuk terjadinya kedua interaksi tersebut. Meskipun kemampuan
matematis yang lain
seperti penalaran, pembuktian, koneksi, dan
representasi juga dapat
ditingkatkan melalui PBL,
namun kemampuan pemecahan masalah
matematis dan kemampuan
komunikasi matematis akan
menjadi lebih nyata peningkatannya dalam
PBL. Karena PBL
dimulai dengan suatu
masalah untuk diselesaikan, maka siswa yang belajar dalam lingkungan PBL
akan dapat menjadi terampil dalam menyelesaikan masalah, dan diskusi yang
intensif merupakan forum yang sangat tepat untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi matematis.
Memperhatikan
masalah yang dipilih, apa yang akan terjadi, dan apa yang akan diperoleh siswa
dalam diskusi mereka
ketika menyelesaikan masalah,
dan bagaimana peran guru dalam
melaksanakan PBL, jelaslah bahwa dalam
pendekatan pembelajaran yang berbasis
masalah, dapat diduga
besar kemungkinan kemampuan
pemecahan masalah matematis dan kemampuan komunikasi matematis siswa
akan meningkat secara nyata. Dengan
demikian dapat dikatakan
bahwa sangatlah tepat
memilih PBL untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis dan kemampuan komunikasi matematis siswa. Namun demikian,
tidak berarti tidak
akan ada masalah
bagi guru untuk melaksanakan PBL.
Oleh karena dalam PBL basis
dari pembelajaran adalah
masalah, maka pemilihan masalah
yang tepat merupakan
hal yang penting
sekali untuk keberhasilan pelaksanaannya. Kendala
yang kemudian muncul
pada para guru
adalah pemilihan masalah yang tepat bukanlah hal mudah. Kondisi,
kemampuan awal, tingkat dan kecepatan berfikir, dan aspek-aspek lain pada diri
siswa pada kelas yang heterogen, seringkali juga menjadi masalah tersendiri.
Untuk itu seorang guru harus terus menerus mengasah kepekaannya untuk dapat
melihat siswa atau kelompok siswa mana yang lebih memerlukan bantuan
dibandingkan siswa atau
kelompok siswa yang
lain. Berikut ini diberikan
contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk materi Peluang menggunakan PBL . Salah satu model pembelajaran yang mengaitkan
pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari yang nyata adalah model Problem Based
Learning, sehingga PBL sesuai diterapkan pada materi program linear
b. Komponen Pembelajaran
1. Sintaks
Ibrahim dan Nur (2000) mengemukakan Langkah-langkah
yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran dengan Model Problem Based
Learning adalah sebagai berikut:
Sintaks
|
Aktivitas/
Kegiatan guru
|
Fase-1
Orientasi
siswa kepada masalah
|
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa
untuk terlibat langsung dalam pemecahan masalah yang dipilih
|
Fase-2
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
|
Guru
membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
|
Fase-3
Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
|
Fase-4
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
|
Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti
laporan, video dan model untuk membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
|
Fase-5
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
|
2. Sistem Sosial
Siswa
diskusi dalam kelompok bernaggotakan 6 orang. Sistem sosial menandakan hubungan yang
terjalin antara guru dan siswa, termasuk norma atau prinsip yang harus dianut
dan dikembangkan untuk pelaksanaan model. Guru menjadi fasilitator bagi
kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar.
3. Prinsisp Reaksi
Prinsip
reaksi bermakna sikap dan perilaku guru untuk menanggapi dan merespon bagaimana
siswa menggunakan konsep untuk menyelesaikan masalah. Pada awal pembelajaran
guru menginformasikan bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan dengan
model PBL dan tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Selama diskusi guru
bertindak sebagai fasilitator.
4. Sistem Pendukung
Bahan yang dibagikan kepada siswa
berupa LKS.
5. Dampak instruksional dan pengiring
a. Dampak Instruksional
Pemahaman
konsep program linear dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari lebih bermakna, mengembangkan
keterampilan penyelesai masalah, dan mengembangkan proses berfikirnya.
b. Dampang Pengiring
Semangat
dalam belajar, ada sikap kerjasama, tanggung jawab, berpikir logis dan siswa belajar
mandiri.
C.METODELOGI PENELITIAN
1.METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif dikarenakan pada penelitian ini peneliti ingin
melihat strategi yang digunakan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika
dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran problem based learning serta menurut hasil observasi yang peneliti
lakukan siswa sangat tidak menyukai soal- soal matematika dalam bentuk soal
cerita, sehingga peneliti ingin membuat materi program linear yang kebanyakan
soal cerita akan lebih menarik dengan menggunakan model pembelajarn problem
based learnig.
2. TEMPAT PENELITIAN
Dalam penelitian “strategi dan motivasi siswa dalam
membuat model matematika pada materi program linear dikelas XI MAS Jeumala Amal
Lueng Putu Pidie Jaya. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut dikarenakan
peneliti merupakan guru bidang studi matematiak disekolah tersebut, sehingga
peneliti sedikitnya sudah mengenal karakter anak dan model- model pembelajaran
yang sudah pernah diterapkan disekolah tersebut. Waktu penelitian akan
dilakukan pada bulan februari 2014 mendatang, dikarenakan materi program linear
dipelajari disemester kedua kelas XII pada kurikulum berbasis kompetensi 2006
namun pada kurikulum 2013 dipelajari dikelas XI juga pada semester yang kedua.
3. SUMBER DATA
Sumber peneliti untuk memperoleh data
penelitian ada beberapa sumber, diantaranya:
a.
Lokasi dan
proses belajar mengajar menjadi sumber utama dalam penelitian ini yaitu
berbagai kegiatan pembelajaran strategi dan motivasi siswa dalam membuat model
matematika pada materi program linear dengan penerapan model pembelajaran
problem based learning(PBL)
b. Dokumentasi,
yang berupa hasil kerja kelompok siswa, angket motivasi, rencana pelaksanaan
pembelajaran yang berhubungan dengan membuat model matematika pada materi
program linear, buku pelajaran yang berhubungan dengan program linear.
4. TEHNIK
PENGUMPULAN DATA
A. Tehnik
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kerja
kelompok
LKS
dikerjakan berkelompok dari hasil kerja kelompok tersebut terlihat berbagai
macam strategi yang digunkan oleh siswa untuk menyelesaikan permasalahan
matematika.
b. Angket
Angket ini digunakan untuk memperoleh data tentang proses belajar
program linear dalam membuat model matematika.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 128) menyatakan bahwa angket atau
kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporantentang pribadi, atau hal-hal yang
diketahui. Pemberian skor item
pertanyaan menurut skala Likert dalam (Sujana, 2003: 81) yaitu sebagai
berikut:1) Untuk item pertanyaan positif (+) Skor 5 untuk alternatif jawaban
sangat setuju Skor 4 untuk alternatif jawaban setuju Skor 3 untuk alaternatif
jawaban kurang setuju Skor 2 untuk alternatif jawaban tidak setuju Skor 1 untuk
alternatif jawaban sangat tidak setuju2) Untuk item pertanyaan negatif (-) Skor
1 untuk alternatif jawaban sangat setuju Skor 2 untuk alternatif jawaban setuju
Skor 3 untuk alternatif jawaban kurang setuju Skor 4 untuk alternatif jawaban
tidak setuju Skor 5 untuk alternatif jawaban sangat tidak setuju
c.
Obsrvasi
Observasi merupakan suatu langkah sangat baik untuk memperoleh
data tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik. Sehingga
didapatkan hasil perubahan perilaku siswa dalam memperbaiki pembelajaran. Dalam
penelitian ini metode observasi digunakan untuk memperoleh data tentangperhatian
siswa terhadap materi dan juga melihat tingkat efektifitas proses suatu hasil
pembelajaran. Observasi yang dilakukan adalah observasi sistematik dimana peneliti
merancang bentuk instrumen pengamatan yang akan dilakukan di dalam proses pembelajaran
beserta aspek-aspek yang akan diteliti. Hal ini akan sangat membantu peneliti
dalam memfokuskan apa yang akan diteliti. Rancangan ini dituangkan dalam bentuk
lembar observasi tertulis yang memuat skala sikap siswa selama mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah.
Pengisian dilakukan dengan membubuhkan check(v) pada pilihan yang tepat.
Fokus dalam observasi siswa adalah peran aktif siswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar. Selain itu lembar observasi disusun untuk mengukur kinerja
guru dalam pembelajaran.
B.
VALIDITAS DATA
Teknik yang digunakan untuk
memeriksa validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi. Menurut HB. Stopo (2002: 78) menyatakan bahwa teknik triangulasi
ini merupakan teknik yang didasari pada pola pikir fenomenologi yang bersifat
multiperspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak
hanya satu sudut pandang.
Teknik triangulasi yang
digunakan adalah triangulasi metode. Jenis triangulasi ini biasa dilakukan oleh
peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau
metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan
mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. Menurut
Patton dalam Moleong (2000: 178) pada triangulasi metode terdapat dua strategi,
yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa
teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber
data dengan metode yang sama. Penelitian ini menggunakan metode kerja kelompok,
angket, dan observasi.
5.. TEHNIK PENGOLAHAN DATA
Analisis data dilakukan
secara deskriptif kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan metode alur
yaitu data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan, dikembangkan
selama proses pembelajaran. Reduksi data yaitu pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Kegiatan ini dilakukan pada setiap
tindakan dilaksanakan.
Penyajian data dilakukan
dalam rangka pemahaman terhadap sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan. Sedangkan penarikan kesimpulan dilakukan secara
bertahap untuk memperoleh derajat
kepercayaan yang tinggi. Dengan demikian analisis data kualitatif
dalam penelitian ini dilakukan semenjak proses penelitian dilakukan mulai dari
observasi awal ke lapangan, proses belajar mengajar dengan penerapan model PBL,
dan pembagian angket motivasi.
D. ORGANISASI JADWAL
PENELITIAN
1.
ORGANISASI PENELITIAN
Penelitian
ini dilakukan secara mandiri bukan dalam bentuk tim, sehingga kegiatan yang
dilakukan dalam penelitian dilakukan secara pribadi oleh peneliti namun
peneliti memerlukan bimbingan dari dosean pembimbing peneliti.
A.
JADWAL
PENELITIAN
NO
|
Kegiatan
|
Bulan ke:
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
1
|
Penyususan Proposal
|
V
|
|
|
|
|
|
2
|
Diskusi proposal
|
V
|
|
|
|
|
|
3
|
Memasuki lapangan
|
V
|
V
|
|
|
|
|
4
|
Menentukan focus
penelitian
|
|
V
|
V
|
|
|
|
5
|
Tahap seleksi
|
|
|
V
|
V
|
|
|
6
|
Uji keabsahan data
|
|
|
V
|
V
|
|
|
7
|
Membuat draf laporan
penelitian
|
|
|
|
|
V
|
V
|
8
|
Diskusi draf
penelitian
|
|
|
|
|
V
|
V
|
9
|
Penyempurnaan
penelitian
|
|
|
|
|
V
|
V
|
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta
Ibrahim, Muslim dan Nur. 2000. Pembelajaran Berbasis Masalah.
Surabaya:UNESA.
Mujiono. 2000. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rochiati Wiriaatmadja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sudjana Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono.
2012. Metode Penelitian Pendidikan .
Bandung: Alfabetaa
Kurniawati ika, Fajar. 2010.penerapan
model problem based learning untuk meningkatlkan proses dan hasil pembelajaran
ilmu bangunan gedung( sub materi pondasi pada siswa kelas X TKBSMK N 2
surakarta:FKIP universitas sebelas maret.
Huda, Mifatahul.2011. cooperative
learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wilis dahar, Ratna.2011. teori-
teori belajar dan pembelajaran. Bandung: gelora aksara pratama
Comments
Post a Comment