BAB
I
PENDAHULUAN
A.
latar
belakang
Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu, yang
merupakan ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang
benda-benda disekitarnya, seperti bulan, bintang, dan matahari. Bahkan ingin
tahu tentang dirinya sendiri.
Ilmu pengetahuan merupakan pencarian makna praktis,
yaitu penjelasan yang bisa dimanfaatkan. Penjelasan ini telah menjadi dasar
ilmu pengetahuan manusia dari zaman pra-sejarah hingga awal abad ke-20.
Ilmu pengetahuan abad ke-20 telah mengubah segalanya,
kemajuan- kemajuan serupa itu sebenarnya telah terjadi di masa-masa sebelumnya.
Salah satunya terjadi kira-kira tahun 2500 SM, ketika ”Stonehenge’’ didirikan
di Inggris dan ‘’Piramida’’ dibangun di Mesir. Kedua monument ini menyatukan
gagasan astronomis dan religius yang kecanggihannya tidak sepenuhnya di ketahui
hingga abad ini. Penyelidikan mendalam tentang Stonehenge dan piramida-piramida
tersebut mengungkap pengetahuan matematika yang mengejutkan. Orang yang
membangun kedua monumen ini telah memahami istilah-istilah praktis yang paling
sederhana tentang hubungan antara dua sisi tegak dengan sisi miring dari
segitiga siki-siku yang tertentu. Dengan kata lain mereka telah memahami dasar
dari apa yang kita kenal sebagai dalil Pythagoras sekitar 2000 tahun
sebelum Pythagoras lahir.
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan lainnya juga
mengungkapkan tentang peranan dunia islam di dalamnya. Sekitar abad ke 7 M.
pada zaman Bani Umayyah, orang islam menemukan cara pengamatan astronomi.
Kemudian pada tahun 825 M. M. AL-khawarizmi telah menyusun buku aljabar
yang menjadi buku standar beberapa abad lamanya di Eropa.
Dari beberapa uraian tersebut, ternyata perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tidaklah muncul dengan sendirinya. Oleh karena
itu, kita sebagai manusia yang selalu lapar akan pengetahuan harus mengetahui
secara detail sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dari waktu ke waktu.
Generasi penerus Al-Khawarizmi,
misalnya Al-Mahani (lahir tahun 820), Abu Kamil (lahir tahun 850) memusatkan
penelitian pada aplikasi-aplikasi sistematis dari aljabar. Misalnya aplikasi
aritmetika ke aljabar dan sebaliknya, aljabar terhadap trigonometri dan
sebaliknya, aljabar terhadap teori bilangan, aljabar terhadap geometri dan
sebaliknya. Penelitian-penelitian ini mendasari penciptaan aljabar polinom,
analisis kombinatorik, analisis numerik, solusi numerik dari persamaan, teori
bilangan, dan konstruksi geometri dari persamaan. Al-Karaji (lahir tahun 953)
diyakini sebagai orang pertama yang secara menyeluruh memisahkan pengaruh
operasi geometri dalam aljabar. Al-Karaji mendefinisikan monomial x, x2,
x3,…dan 1/x, 1/x2, 1/x3,…dan memberikan aturan-aturan untuk perkalian dari dua
suku darinya. Selain itu, ia juga berhasil menemukan teorema binomial untuk
pangkat bilangan bulat. Selanjutnya untuk memajukan matematika, ia mendirikan
sekolah aljabar. Generasi penerusnya (200 tahun kemudian), yaitu Al-Samawal
adalah orang pertama yang membahas topik baru dalam aljabar. Menurutnya bahwa
mengoperasikan sesuatu yang tidak diketahui (variabel) adalah sama saja dengan
mengoperasikan sesuatu yang diketahui.
Saat ini ilmu pengetahuan, khususnya
matematika, berkiblat ke negeri Barat (Eropa dan Amerika). Kita hampir tidak
pernah mendengar ahli matematika yang berasal dari negeri Timur (Arab Muslim,
India, Cina). Yang paling populer kita dengar sebagai matematikawan Arab Muslim
yang mempunyai kontribusi terhadap perkembangan matematika adalah
Al-Khawarizmi, dikenal sebagai bapak Aljabar, memperkenalkan bilangan nol (0),
dan penerjemah karya-karya Yunani kuno.
BAB II
PERKEMBANGAN MATEMATIKA DI TIMUR TENGAH
a.
Sejarah perkembangan
matematika di timur tengah
Ajaran Islam mulai bersemi di wilayah
Maghrib – Afrika Utara – pada tahun 642 M. Setelah melalui berbagai ekspedisi
penaklukan, seluruh wilayah Maghrib yang meliputi Aljazair, Mesir, Libya,
Maroko, Sudan, Tunisia akhirnya berhasil dikuasai Islam pada awal abad ke-8 M.
Sejak itulah, di wilayah Maghrib mulai menggeliat aktivitas intelektualitas,
salah satunya adalah studi matematika. Geliat studi matematika yang berkembang
di era keemasan Islam di Afrika Utara ternyata hingga kini masih berlangsung.
matematika menjadi salah satu ilmu yang digemari masyarakat Afrika Utara. Saat
ini, tercatat terdapat 2.000 doktor matematika yang tersebar di Afrika Utara.
Sedangkan di Selatan Sahara terdapat 1.000 matematikus bergelar doktor.
Ali Mostafa Mosharafa tercatat sebagai
matematikus Maghrib pertama yang meraih gelar doktor dari University of London
pada tahun 1923. Sebagai perbandingan, Indonesia hingga kini hanya memiliki 100
dokter matematika. Jumlah doktor matematika itu dihitung mulai dari Dr Sam
Ratulangi. Begitu banyaknya doktor matematika yang terdapat di benua ‘hitam’
itu menunjukkan betapa masih kuatnya pengaruh geliat studi di era keemasan
Islam. Lalu bagaimanakah studi matematika berkembang pesat di daratan yang dulu
termasyhur dengan sebutan Maghrib itu? Prof Ahmed Djebbar seorang guru besar
pada University of Sciences and Technologies Lille I di Lille, Prancis dalam
tulisannya berjudul Mathematics in the Medieval Maghrib membagi perkembangan matematika
di era kejayaan Islam di Afrika Utara ke dalam empat periode.
Periode pertama adalah masa kelahiran dan perkembangan pertama
matematika di Maghrib yang berlangsung dari abad ke-9 M hingga 11 M. Periode
kedua adalah perkembangan matematika
pada erat kekuasaan Kerajaan Almohad yang berlangsung dari abad ke-12 M hingga
13 M. Periode ketiga adalah masa lahirnya teori-teori baru matematika di
Maghrib pada abad ke-14 M hingga 15 M. Sedangkan, periode keempat adalah perkembangan matematika
di Afrika Utara setelah abad ke-15 M. Menurut Prof Djebbar, lahir dan berkembangnya studi
matematika di wilayah Maghrib sangat dipengaruhi perkembangan keilmuan di Andalusia. ”Secara
ekonomi, politik dan budaya Spanyol Muslim dan Maghrib pada abad pertengahan
memiliki keterikatan dan kedekatan,” papar ilmuwan yang berkiprah di Laboratoire
Paul Painlev, Prancis itu. Terlebih, Muslim Spanyol dan Maghrib memiliki
keterkaitan tradisi keilmuan.
Meski secara sosial dan budaya Spanyol
Muslim dan Maghrib berbeda, namun keduanya direkatkan oleh akidah yang mereka
anut yakni Islam. Sejarawan abad ke-11, Said Al-Andalus, memaparkan pada awal
Islam masuk ke Spanyol, penduduk negeri itu sama sekali tak tertarik pada
sebuah ilmu. Minat masyarakat Spanyol Muslim terhadap keilmuwan mulai tumbuh
ketika Dinasti Umayyah berdiri secara independen di negeri Matador itu. Perkembangan dan ghirah (semangat) keilmuwan di
Spanyol Muslim itu perlahan namun pasti lalu merambat ke wilayah Maghrib. Studi
matematika mulai digandrungi masyarakat Muslim di Afrika Utara sejak abad ke-9
M. Pusat studi matematika pertama terdapat di Ifriqiyan atau lebih tepatnya
lagi di Kairouan. Pada era itu geliat studi matematika memang masih terbatas di
wilayah itu.
Meski masih terbatas, di Maghrib telah
muncul matematikus terkemuka seperti Yahya Al-Kharraz dan muridnya Yahya
Al-Kanuni (829 M – 901 M). Yahya tercatat sebagai orang Maghrib yang pertama
kali menulis buku berjudul Hisba – membahas tentang aturan transaksi perdagangan
di pasar. Pada era itu, Maghrib juga memiliki seorang matematikus kondang
bernama Shuqrun Ibn Ali – ahli berhitung dan falak dalam ilmu waris. Buku
matematika yang ditulis Shuqrun terbilang fenomenal. Sejarawan Ibnu Khair
mengungkapkan buku karya Shuqrun masih tetap dijadikan referensi pengajaran
pada abad ke-12 M di sekolah-sekolah yang tersebar di kota Bougie – metropolis
ilmu pengetahuan Maghrib Tengah. Sedangkan pada abad ke-9 M, matematikus yang
terekam dalam sejarah hanya satu orang, yakni Abu Sahl al-Qayrawani.
Abu Sahl tergolong matematikus perintis
di Maghrib. Dia berhasil menulis sebuah kitab yang bertajuk Kita-b fi `l-hisab
al-hindi (Buku berhitung India). Di era kekuasaan Dinasti Aghlabid (800 M – 910
M), Kairouan memainkan peranan penting dalam perkembangan matematika. Sejumlah ilmuwan dari
Timur hingga Ifriqiya berdatangan ke kota itu untuk mengembangkan aritmatika
dan geometri. Sepanjang abad ke-9 M hingga 11 M, wilayah Maghrib telah menjadi
metropolis ilmu pengetahuan. Di era itu, perdagangan buku berkembang pesat,
pembiayaan proyek perbanyakan manuskrip mulai semarak, para ilmuwan mulai
menadapatkan gaji yang tinggi dan sekolah-sekolah mulai dibangun. Hal itu
merupakan salah satu pengaruh eratnya hubungan Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad
dengan Dinasti Aghlabid.
Dinasti Aghlabid ternyata meniru
kebijakan Kekhalifahan Abbasiyah dalam bidang ilmu pengetahuan. Di wilayah
Maghrib pun ternyata di buat lembaga ilmu pengetahuan yang juga diberi nama
Bait Al-Hikmahyang didirikan Sultan Ibrahim II (875 M – 902 M). Bait Al-Hikmah
di Baghdad berdiri lebih awal yakni ketika Khalifah Harun Ar-Rasyid (786 M –
809 M) memimpin Dinasti Abbasiyah. Sejak itulah, studi matematika berkembang di
wilayah Maghrib. Memasuki abad ke-10 M, geliat studi matematika di Maghrib
kurang terekam dalam sejarah. Saat itu, tercatat beberapa matematikus seperti
Al-Utaq Al-Ifriqi (wafat 955 M), Ya`qu-b Ibnu Killis (wafat 990 M) dan
Al-Huwa-ri- (wafat 1023 M).sejarah kembali merekam secara baik aktivitas
matematika di Maghrib pada abad ke-11 M. Ada sederet nama matematikus yang
muncul pada era itu.
Ibn Abi ar-Rijal (wafat 1034-35 M)
tercatat sebagai salah seorang matematikus pada abad itu. Selain itu, juga ada
Abu As-Salt (wafat 1134 M). Matematikus lainnya yang mengembangkan matematika
di Maghrib adalah `Abd al-Mun`im al-Kindi- (wafat 1043-44 M), Ibnu `Atiya
al-Katib (wafat 1016 M). Mereka adalah matematikus yang mengembangkan geometri
dan Aritmatika. Begitulah studi matematika berkembang dengan pesat di wilayah
Maghrib alias Afrika Utara.
b. Zaman pra
Yunani kuno
Zaman Batu Muda yang berlangsung tahun 10.000 SM
sampai 2000 SM atau abad 100 sampai 20 SM. Di zaman ini telah berkembang
kemampuan–kemampuan yang sangat signifikan. Kemampuan itu berupa tulisan
(dengan gambar dan symbol), kemampuan membaca (bermula dari bunyi atau suku
kata tertentu), dan kemampuan menghitung. Dalam zaman ini juga berkembang
masalah perbintangan, matematika, dan hukum.
c.
Zaman
Yunani kuno
Pada abad ke- 0 M, perkembangan ilmu mulai mendapat
hambatan. Hal ini disebabkan oleh lahirnya Kristen. Pada abad pertama sampai
abad ke- 2 M mulai ada pembagian wilayah perkembangan ilmu. Wilayah pertama
berpusat di Athena, yang difokuskan dibidang kemampuan intelektual. Sedangkan
wilayah kedua berpusat di Alexandria, yang fukos pada bidang empiris.
Setelah Alexandria di kuasai oleh Roma yang tertarik
dengan hal-hal abstrak, pada abad ke- 4dan ke- 5 M ilmu pengetahuan benar-benar
beku. Hal ini di sebabkan oleh tiga pokok penting :
1. Penguasa
Roma yang menekan kebebasan berfikir.
2. Ajaran
Kristen tidak disangkal.
3. Kerjasama
gereja dan penguasa sebagai otoritas kebenaran.
Walaupun begitu, pada abad ke-2 M sempat ada Galen
(bidang kedokteran) dan tokoh aljabar, Poppus dan Diopanthus yang berperan
dalam perkembangan pengetahuan. Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan
terkemuka. Ada beberapa nama yang popular pada masa ini, yaitu :
1. Pythagoras
(582 SM–496 SM) adalah seorang filusuf yang juga seorang ahli ukur namun lebih
dikenal dengan penemuannya tentang ilmu ukur dan aritmatika. Beliau juga di
kenal sebagai ‘’ Bapak Bilangan’’, dan salah satu peninggalan Pythagoras
yang terkenal adalah ‘’Teorema Pythagoras‘’.
Selain itu, dalam ilmu ukur dan aritmatika ia berhasil menyumbang teori tentang
bilangan, pembentukan benda, dan menemukan antara nada dengan panjang dawai.
2. Selain
di Yunani, astronom dan ahli matematika juga berkembang di india. Aryabatha
(476 M) melahirkan hitungan desimal sederhana. Di bidang astronomi ia juga
memperkenalkan sejumlah fungsi trigonometri (termasuk sinus, versine, kosinus,
dan invers), table trigonometri, teknik-teknik dan algoritma dari aljabar.
d.
Zaman
pertengahan
Zaman ini masih berhubungan dengan zaman sebelumnya.
Karena awal mula zaman ini pada abad 6 M sampai sekitar abad 14 M, maka
tampillah para theology di lapangan ilmu pengetahuan. Segala aktifitas keilmuan
harus berdasarkan atau mendukung agama. Dengan kata lain aktifitas ilmiah
terkait erat dengan aktifitas keagamaan. Ketika bangsa eropa mengalami kegelapan,
kebangkitan justru milik islam. Hal ini dimulai dari lahirnya nabi Muhammad SAW
pada abad ke 6M. Perluasan wilayah, pembinaan hukum serta penerjemahan filsafat
Yunani, dan kemajuan ilmu pengetahuan pada abad ke – 7 M sampai abad ke-12 M.
Pada masa ini Islam mendapat masa keemasannya (golden
age).
Selain itu, pada abad ini terjadi abad perkembangan
kebudayaan di Asia Selatan dan timur, seperti, ajaran Lao Tse (menjaga
keharmonisan dengan alam) dan Confucius (konsep kode etik luhur mengatur akal
sehat). Sepanjang Eropa mengalami masa kegelapan, di sebelah selatan Laut
Tengah berkembang kerajaan bangsa Arab yang di pengaruhi oleh budaya Islam.
Dengan berkembangnya pengaruh Islam, maka semakin banyak pula tokoh-tokoh
ilmuwan yang berperan dalam perkembangan ilmu. Mereka adalah sebagai berikut :
1. Al
Farabi (870 M -950 M). Adalah seorang komentator filsafat Yunani yang
sangat ulung di dunia islam. Kontribusinya terletak di berbagai bidang
matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al- farabi telah membuat
berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik,
kitab Al-musiqa. Selain itu, karyanya yang paling terkenal
adalah Al-Madinah Al- fadhilah (kota
atau Negara utama) yang membahas tentang pencapaian kebahagian melalui
kehidupan politik dan hubungan antara razim yang paling baik menurut pemahaman
dengan hukum ilahian Islam
2. Al-Khawarizmi
(780 M – 850 M), hasil pemikiran berdampak besar pada matematika, yang
terangkum dalam buku pertamanyanya, Al-jabar, selain itu karyanya adalah
Al-kitab Al- mukhtasar fi hisab Al-jabr wa’al – muqalaba (buku
rangkuman untuk kulturasi dengan melengkapkan dan menyeimbangkan), kitab surat
Al-ard (Pemandanganan Bumi). Karyanya tersebut sampai sekarang masih tersimpan
di Strassberg, Jerman.
3. Al
– Kindi (801 M – 873 M), bisa dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir
dari kalangan islam. Al-kindi menuliskan banyak karya dalam bidabg goemetri ,
astronomi, aritmatika, musik (yang dibangunya dari berbagai prinsip aritmatis),
fisika, medis, psikologi, meteorology, dan politik.
4. Ibnu
Haitam dikenal dalam kalangan cerdik pandai di barat, dengan nama
Alhazen, Dia adalah seorang ilmuwan islam yang ahli dalam bidang sains, falak,
matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan
penyelidikan mengenai cahaya dan telah memberiakn ilham kepada ahli sains barat
seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop dan teleskop.
e. Zaman Renaissance
Zaman ini berlangsung pada awal abad 14 M
sampai dengan abad 17 M. Renaissance sering diartikan dengan kebangkitan,
peralihan, atau lahir kembali (rebirth), yaitu di lahirkan kembali sebagai
manusia yang bebas untuk berpikir , dan jauh dari ajaran – ajaran agama.
Tokoh
– tokoh ilmuwan yang berpengaruh di masa ini ialah sebagai berikut :
Nicolaus Capernicus (1473M–1543M), adalah seorang
astronom, matematikawan, dan ekonom yang
berkembangsaan Polandia. Ia mengembangkan Teori
Heliosentris (Tata Surya berpusat di matahari).
f.
Zaman
modern
Zaman ini sudah dimulai sejak abad 14 M. zaman ini
juga dikenal sebagai masa rasionalisme yang tumbuh di zaman modern karena
munculnya berbagai penemuan ilmu pengetahuan. Tokoh yang menjadi pioner pada masa ini adalah Rene Decrates,
Isaac Newton, Charles Darwin, dan JJ. Thompson. Keterangan lebih lengkap
sebagai berikut :
Isaac Newton ( 1643 M – 1727 ), adalah seorang
fisikawan , matematikawan, ahli astronomi, filsuf alam, alkimiawan, dan
theolog. Dia di katakana sebagai ‘’Bapak ilmu fisika klasik’’. Karyanya yang
berjudul Philosophiae Naturalis Principia Mathematica menjabarkan
tentang hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains
mengenai alam semesta selama tiga abad ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah perkembangan ilmu bermula dari zaman pra-
sejarah atau bisa di katakan ‘’ Zaman Batu’’. Pada masa itu ilmu hanya sebatas
rasa ingin tahu mengenai alam sekitarnya. Namun periodisasi ilmu pengetahuan
secara teoris selalu mengacu pada peradaban Yunani. Periodisasi perkembangan
ilmu pengetahuan zaman pra-Yunani kuno terbagi menjadi 3 yaitu Zaman Batu Tua,
Zaman Batu Muda dan Zaman Logam.
Zaman Yunani merupakan zaman filsafat, karena pada
zaman ini para filsuf menggunakan sikap ‘’Aninquiring
Attitude’’ dan tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada
sikap ‘’ Receptive attitude’’. Dan di
zaman ini banyak bermunculan filsuf terkenal seperti Thales, Phytagoras,
Socrates, Demokritus, Plato, dan Aristoteles.
Zaman pertengahan merupakan zaman kemajuan pesat bagi
agama islam, dimana banyaknya bermunculan para ilmuwan islam dari
theolog–theolog islam seperti Al – Farabi, Al – Khawarizmi, Al – Kindi, Al –
Ghazali, Ibnu Shina, Ibnu Rusdy, Ibnu Khaldun, Jabir Ibnu Hayyan, Al – razi,
dll.
Zaman Rennaisance merupakan kebangkitan para filsuf
yang bebas berfikir tanpa adanya pengaruh ajaran agama. Tokoh – tokohnya
yang terkenal seperti Nicolaus Copernicus, Galilio Galilei, Johanes
Kepler, dan Frasisco Bacon.
Zaman modern dikenal sebagai masa rasionalisme
yang tumbuh dizaman modern karena munculnya berbagai ilmu pengetahuan yang
berkembang dengan baik. Tokoh yang menjadi pioner pada masa ini adalah Rene
Decrates, Isaac Newton, Charles Darwin, dan J.J. Thomson.
B. Saran
Saran
yang dapat kami sampaikan adalah :
1. Seharusnya
kita sebagai calon pendidik haruslah banyak mengetahui tentang sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan, dan siapa saja penemu yang berperan penting
dalam kehidupan ini.
2. Sebagai
umat islam, kita harus tahu bahwa yang berperan penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan saat ini tidak hanya orang Barat, namun orang dari timur –
tengah pun banyak.
Comments
Post a Comment